Pages

Saturday, December 06, 2014

Cinta dalam Integral Chitra

Judul buku: The Unknown Errors of Our Lives
Jumlah halaman: 264 halaman paperback
Penulis:
Penerjemah:
Tahun terbit: Februari 2010 (pertama kali diterbitkan 17 April 2001)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9789792253689

Ada banyak upaya menangkar makna-makna dalam ruang-ruang kecil fiksi. Saya hanya membaca sedikit sekali dari kisah-kisah itu. sebagian besarnya adalah kisah-kisah cinta dalam beragam rasa dan kompleksitas tertentu. Tema besar yang selalu digandrungi, kata orang-orang. Cinta dengan segala problematika dan dilemanya. Cinta yang setia meunggu. Cinta yang mendua. Cinta yang membenci. Benci yang mencinta. Cinta yang memilih. Cinta yang tidak mungkin memilih. Cinta yang terlarang. Cinta yang terpaksa. Cinta yang setengah terpaksa, setengah mendamba. Cinta yang hanya ilusi. Begitulah. Cinta asmara yang hanyalah secuil dari elemen klise ini dapat saya temukan juga dalam The Unknown Errors of Our Lives. Tetapi saya bisa melihat dengan jelas, upaya Chitra Banerjee Divakaruni untuk menjabarkan cinta dalam turunan-turunan yang lebih kaya, riil, sangat sehari-hari namun, tampak mewah karena hampir terasa seperti baru.
            Omnibus ini merangkum sembilan buah cerita pendek yang mengetengahkan kisah-kisah perempuan India yang hidup di Amerika, dalam upayanya bertahan dari benturan-benturan kultural. Cinta seorang ibu, cinta seorang anak, cinta seorang kakak, cinta seorang kekasih. Kesetiaan yang teruji, ketidaksetiaan yang diuji, kemarahan, memaafkan.
Sembilan cerita pendek Chitra memiliki panjang yang cukup jauh di atas standard panjang cerita pendek-cerita pendek dalam negeri yang patuh terhadap standard koran. Tapi saya rasa, bukan itu yang membuat cerita-cerita Chitra terasa jauh lebih berbobot. Melainkan kualitas Chitra yang mampu menciptakan analogi  dan metafora yang kuat, segar, dan mengejutkan. Karena saya akan membutuhkan ruang yang lebih lapang untuk menguliti satu per satu cerita dalam omnibus ini, maka saya akan memilih tiga cerita terfavorit saya: Nyonya Dutta Menulis Surat, Apa yang Diketahui Tubuh, dan Kesalahan-Kesalahan yang Tidak Diketahui  Dalam Hidup Kita.
Nyonya Dutta Menulis Surat mengisahkan seorang wanita tua yang pindah ke Amerika untuk mengikuti ajakan anak lelaki tunggalnya yang sangat berbakti, bernama Sagar. Sagar menikahi Shyamoli yang cantik dan berpendidikan tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra-putri dengan tabiat yang sangat Amerika. Sementara Nyonya Dutta telah menghabiskan hampir seumur hidupnya di India, dalam tatanan kehidupan Timur yang khas. Dia bangun pagi sekali dan memulai hari dari dapur dan sebagainya.
Istri yang baik, bangun sebelum seisi rumah bangun (hal. 14).
Hari demi hari, Nyonya Dutta mulai diliputi kegelisahan. Amerika sangat tidak cocok baginya. Dan Shyamoli mulai sering menangis karena dirinya. Masakan Nyonya Dutta terlalu berlemak, dia tidak boleh menjemur pakaian di pagar sehingga semua tetangga bisa melihat pakaian mereka, dan Nyonya Dutta tidak boleh menjenguk tetangga--bahkan yang tampak murung dan kesepian sekalipun—untuk membagikan alu dum yang baru dimasaknya.
"Karena orang Amerika tidak ingin tetangga, mengganggu waktu pribadi mereka" (hal 33).
Nyonya Dutta telah merasa kesepian padahal dia dikelilingi keluargnya. Putranya, bagaimanapun juga, bukan lagi sekadar putranya. Dia juga suami dan ayah dari orang lain. Maka Nyonya Dutta menyibukkan dirinya di dapur atau mencuci pakaian sambil menulis surat di dalam kepalanya, kepada sahabatnya di India, Nyonya Basu.
Saya sangat menyukai bagaimana Chitra menyisipkan nilai-nilai yang dianut wanita India lewat Nyonya Dutta dengan sangat halus dan alami. Tidak didaktik. Saya merasa seperti ingin menghibur Nyonya Dutta dengan shock-culture-nya dan meyakinkannya bahwa dia tetap berarti meski dia telah begitu tua dan jauh tertinggal di belakang zaman yang bergerak seperti berlari di negara-negara maju yang angkuh.
Cerita favorit saya yang lain, Apa yang Diketahui Tubuh, berkisah tentang seorang ibu muda bernama Aparna. Setelah proses bersalin lewat operasi, Aparna sering merasa nyeri. Ternyata telah terjadi perlekatan usus di dalam tubuhnya. Aparna menjalani operasi sekali lagi. Operasi yang merubah hidupnya. Aparna yang dulu cantik dan lembut dan hangat, sekarang menjelma Aparna yang kusut, kusam, dan kucal. Ia pemarah dan tidak ingin bertemu bayinya. Lalu suatu hari, dokter bedahnya yang tampan membujuk Aparna dengan mengatakan betapa dia telah bekerja keras untun menyelamatkan nyawa Aparna. Aparna pun mulai berubah. Dia mulai membersihkan dirinya dan berhias. Setiap hari, dia selalu menunggu kunjungan Dokter Byron. Suatu kali, Byron datang dan membujuk Aparna untuk menyentuh bayinya, karena mungkin itu bisa menyembuhkannya. Sang Dokter benar. Aparna mulai merasakan kembali semangat hidup mengaliri dirinya. Dia akhirnya bisa pulih dan pulang, dan menyadari bahwa perhatian Byron terhadapnya hanyalah wujud tanggungjawab moralnya sebagai pelayan kemanusiaan. Beberapa waktu berselang, Aparna dan Byron bertemu lagi. Byron menyadari bahwa Aparna jauh lebih cantik dari yang dilihatnya terakhir kali. Dia menawarkan sebuah kencan, dan Aparna langsung memiliki jawabannya seketika itu juga. Saya menyukai bagaimana Aparna tampil sebagai perempuan dengan nalar yang rasional di sini. Chitra nampaknya ingin menunjukkan betapa seorang wanita akan selalu mencintai anaknya dan suami yang mencintainya, tidak peduli betapa dia pernah memperhatikan pria lain.
Yang terakhir, adalah Kesalahan-Kesalahan yang Tidak Diketahui Dalam Hidup Kita. Beberapa hari sebelum pernikahannya dengan Biren, Ruchira mendapat kunjungan dari seorang perempuan bernama Arlene, dengan alis ditindik dan tato yang tidak sempurna. Dia datang untuk mengabarkan akan melahirkan anaknya di bulan Februari di Arizona, anak Biren. Ruchira kemudian berupaya menghubungi Biren, sambil memikirkan kata makian yang tepat untuk membatalkan pernikahannya dengan si Berengsek Biren. Tetapi saat Ruchira mendengarkan mesin penjawab memerintahnya untuk meninggalkan pesan dalam suara Biren yang serak, dia lantas berubah pikiran. Saya sangat menyukai akhir yang tidak terduga dari cerita ini. Juga pesannya tentang kesalahan-kesalahan yang selalu dimiliki manusia, yang sesekali tidak dia sadari, tapi sepertinya akan lebih baik jika dia tidak akan pernah menyadarinya, selamanya.
Ini adalah cerita yang luar biasa menawan. Idenya cerdas dan nyaris otentik. Meninggalkan kesan yang dalam dan sulit saya lupakan selama berminggu-minggu.
Chitra benar-benar mampu menyelami hasrat terdalam manusia, dengan kepekaan menakjubkan tentang detil yang tidak sanggup diindera pengamat lain. Sesekali, Chitra mengakhiri kisahnya dengan jelas untuk menegaskan tujuannya, tapi tidak jarang dia juga membuat akhir cerita yang terbuka, untuk memantik interpretasi yang tidak terbatas. Dan bagaimanapun semua itu, sangat estetis dan menyenangkan untuk disusuri. Saya tidak akan berpikir dua kali untuk menambahkan Chitra Banerjee Divakaruni dalam daftar penulis favorit saya. 
4,5 bintang untuk omnibus yang cemerlang ini.
sumber gambar tidak diketahui

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...