Pages

Friday, December 12, 2014

Maupassant Bicara Cinta: Dalam Kanvas Kesenjangan Sosial & Perang


Judul buku: Cinta Sejati
Penerjemah:
Jumlah halaman: 172 halaman
Tahun terbit: April 2011 (pertama dipublikasikan tahun 1884)
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
ISBN13: 9789790243521
Para pria setuju bahwa gairah, seperti halnya penyakit, dapat menyerang orang yang sama beberapa kali, kecuali jika menyebabkan kematian. Kesimpulan ini sepertinya tak terbantahkan. Namun, para wanita yang pendaoat mereka lebih berdasarkan pada puisi daripada pengamatan oraktis, bersikukuh bahwa cinta, gairah menggelora, hanya akan datang sekali bagi setiap orang. Cinta semacam ini mirip dengan kilat, kata mereka. Hati yag disentuhnya menjadi selamanya hancur, berkeping-keping, musnah, sehingga tak aka nada lagi perasaan kuat lain yang mampu berakar di sana, bahkan mimpi sekalipun (hal. 7-8).
           Seorang wanita tukang reparasi kursi telah jatuh cinta setengah mati, dengan sangat mendalam, kepada seorang ahli obat bernanma Monsieur Choquet. Wanita itu sudah mencintai sang Monsieur sejak mereka masih kecil dan terlalu muda untuk memahami cinta. Dia biasa memberikan uangnya kepada si Choquet kecil dan dia akan mendapatkan ciuman anak laki-laki itu. sejak saat itu, sang Wanita menghabiskan hidupnya dengan memikirkan cara agar dia selalu bisa bertemu dan berdekatan dengan Monsieur Choquet. Tetapi dia tetaplah seorang wanita penambal kursi miskin yang tidak memiliki daya tarik apa-apa. Sebuah kebalikan mahatajam dari Monsieur Choquet—yang tampan, kaya, dan beruntung dalam hidupnya. Maka di akhir hidupnya, bahkan setelah memberika keseluruhan tabungannya selama hidupnya kepada Monsieur Choquet, dia masihlah tidak layak mendapatkan sekadar penghormatan.
Ia bekerja hanya agar dirinya bisa meninggalkan sesuatu supaya pria itu mengingatnya setelah kematianya (hal. 14)
Demikianlah cerita pendek berjudul Cinta Sejati, yang dipilih untuk mewakili kesembilan buah cerita pendek terbaik karya Guy De Maupassant dalam kumpulan cerita pendek ini. Cinta Sejati memiliki elemen yang lebih kompleks sebagai sebuah cerita cinta.  Di samping itu, judul ini juga merangkum tema besar yang dilukiskan Maupassant dalam delapan cerita pendeknya yang lain dalam buku ini, yang sekaligus harapan agar kisah-kisah cinta ini kelak menyejati dalam kesusasteraan.
Cinta Sejati mengungkap ironi jatuh cinta yang seringkali tidak masuk akal, penuh penderitaan, dan terasa berbahaya. Maupassant juga mengetengahkan isu kelas sosial masyarakat Perancis abad ke-18 dalam kisah cinta wanita penambal kursi dengan lelaki terhormat dalam cerita ini. Betapa sang wanita harus merasakan penghinaan, bahkan setelah kematiannya, hanya karena menjatuhcintai lelaki yang tidak pantas berdasarkan anatomi kelas sosial di masyarakat yang melingkunginya ketika itu.
Delapan cerita pendek Maupassant yang lain juga tidak kalah unik dari Cinta Sejati. Maupassant selalu menyembunyikan satu elemen pengecoh di setiap ceritanya, lalu mengeluarkannya di waktu yang tepat untuk menimbulka efek kejut tertentu. Dalam cerita kedua, misalnya, berjudul Seorang Janda. Berkisah tentang seorang wanita tua yang mengisahkan cerita cinta masa mudanya. Ketika seorang anak laki-laki yang baru beranjak remaja yang begitu mencintainya dan rela bunuh diri demi dirinya. Seorang anak laki-laki dengan kondisi kejiwaan yang, secara mengejutkan, sangat rapuh dan memiliki obsesi cinta yang aneh.
Suatu malam di taman dia berlutut di kakiku dan, sambil menggebu-gebu menciumi ujung gaunku, dia mengatakan berkali-kali, ‘Aku cinta kepadamu! Aku cinta kepadamu! Aku cinta kepadamu! Jika sampai kau menipuku, jika sampai kau meninggalkanku demi pria lain, aku akan melakukan apa yang dilakukan ayahku.’ Lalu dia menambahkan dengan suara serak, yang membuatku merinding, ‘Kau tahu apa yang dilakukannya!’ (hal. 23).
Dalam cerita ini, Maupassant menyingkap sisi tidak terbayangkan dari seorang anak.
Cerita lain yang juga menarik perhatian saya adalah kisah berjudul Perhiasan Palsu. Berkisah tentang seorang pegawai pemerintah kecil bernama Monsieur Lantin yang menikahi seorang gadis putri seorang petugas pajak propinsi, yang sederhana, terhormat, baik hati, dan tenang.
Gadis muda itu merupakan gmabaran sempurna wanita baik-baik yang membuat pria-pria muda ingin memercayakan kebahagiaan mereka di tangannya suatu hari nanti. Kecantikannya yang sederhana memancarkan pesona keanggunan memikat, dan senyum misterius yang selalu tersungging di bibirnya menggambarkan jiwanya yang murnu dan menawan (hal. 38).
Monsieur Lantin dan istrinya hidup bahagia. Namun, bagaimanapun juga, ada juga hal yang tidak disukai Monsieur Lantin dari istrinya: kegemarannya menonton teater dan membeli perhiasan palsu. Tampaknya, kegemaran istrinya pada teater membuatnya memperhatikan perhiasan seperti yang dilihatnya pada perempuan-perempuan berperhiasan dalam drama. Kebiasaan it uterus berlanjut hingga ketika Nyonya Lantin jatuh sakit dan meninggal dunia. Monsieur Lantin menjadi sangat berduka. Pendapatannya yang pas-pasan—yang biasanya selalu cukup dalam pengaturan istrinya—tidak lagi cukup dalam pengaturannya sendiri. Dia mulai berutang dan lambat laun jatuh miskin. Karena terdesak kebutuhan ekonomi, Monsieur Lantin memutuskan menjual perhiasaan-perhiasan imitasi peninggalan istrinya. Tapi ternyata, perhiasan-perhiasan tersebut berharga sangat mahal. Sehingga Monsieur Lantin berubah menjadi orang kaya dalam sekejap.
Ini adalah sebuah cerita pendek yang menarik bagi saya, yang berakhir dengan sebuah awal yang baru—dengan teka-teki tentang istri Monsieur Lantin. Saya menyukai cara Maupassant menciptakan riak dari satu ketenangan yang wajar. Dan, misteri di akhir cerita menjadi terasa menyenangkan untuk diterka dengan segala ragam kemungkinan tentang apa-yang-sebenarnya-terjadi.
Masih tentang perhiasan palsu, ada satu cerita pendek yang mirip dengan Perhiasan Palsu, yang juga menarik perhatian saya, berjudul Kalung Berlian. Cerita ini berkisah tentang seorang wanita muda cantik dari keluarga sederhana, bernama Mathilde, yang menikah dengan seorang pegawai pemerintah biasa berpenghasilan rendah. Mathilde selalu merasa bahwa dia pantas untuk menikmati hidup yang mewah dan bukannya tinggal di rumah kumuh dengan dinding polos dan kursi reyot. Lalu suatu hari, suaminya pulang dari kantor dengan sebuah amplop besar untuk istrinya. Sebuah undangan terbatas yang tidak selalu diberikan kepada seorang pegawai rendah seperti Monsieur Georges Ramponneau. Mathilde memberi tahu suaminya bahwa dia tidak mungkin pergi ke perjamuan itu tanpa gaun baru dan perhiasan yang pantas. Maka Monsieur Ramponneau menguras tabungannya untuk membeli gaun baru dan tidak menyisakan nominal yang cukup untuk perhiasan. Mathilde akhirnya memutuskan untuk meminjam kalung berlian milik temannya yang kaya. Mathilde menikmati pestanya. Dia menarik perhatian banyak orang. Tetapi dia kehilangan kalung mahal pinjamannya, dan akhirnya menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk mengganti kalung berlian mahal itu, yang ternyata, hanya kalung berlian imitasi.
Maupassant tampaknya tertarik mem-portrait sisi-sisi rumit dari perempuan muda di zamannya, dalam cerita-cerita pendek karangannya. Perempuan-perempuan cantik dengan keluguan yang berbahaya, dengan sisi-sisi tersembunyi yang selalu tidak bisa diraba, hanya dapat terkuak dengan mengejutkan, tanpa peringatan. Maupassant, menjabarkannya dengan sindiran dan ironi yang selalu dapat ditertawakan.
Gadis itu adalah salah satu makhluk belia yang cantik dan memesona yang terkadang terlahirm seolah tanpa sengaja, dalam keluarga pegawai rendahan. Ia tak punya mas kawin, tak punya harapan, tak ada kemungkinan untuk dikenal, dipahami, dicintai, dan dinikahi oleh pria kaya atau terhormat. Jadi, ia menerima ketika dinikahi oleh pegawai biasa yang bekerja di Kementrian Peraturan Umum (hal. 48).
Selain ketertarikannya untuk mengungkap kesenjangan yang lebar antarkelas sosial di zamannya, Maupassant juga mengisahkan cerita-cerita cintanya dalam kanvas masa perang Perancis-Prusia. Dalam kumpulan cerita pendek ini, ada dua cerita yang berlatar belakang perang: Mademoiselle Fifi dan Boule de Suif.
Mademoiselle Fifi berkisah tentang tentara-tentara Prusia yang sedang menduduki Perancis, ketika mereka sedang bosan, dan sedang menginisiasi sebuah acara bersenang-senang ala tentara. Mereka lalu membuat granat, meledakkan tempat mereka bersantai hingga menghancurkan beberapa benda, lalu mengutus seorang tentara berpangkat rendah untuk mencari perempuan-perempuan yang dapat menemani mereka melewati waktu membosankan mereka. Tentara-tentara itu berperangai buruk, memperlakukan perempuan-perempuan bayaran mereka dengan tidak manusiawi, sehingga memancing kemarahan mereka. Namun, hanya satu perempuan yang berani melawan secara fisik. Perempuan itu bernama Rachel, gadis yahudi bertubuh pendek, berkulit gelap, dengan mata sehitam tinta. Merasa marah karena merasa tidak terima negaranya dilecehkan oleh Mademoiselle Fifi, Rachel menikam leher lelaki bengis itu dengan sebilah pisau.
Ini adalah cerita pendek surealis Maupassant yang cukup menarik. Tidak seperti cerita-cerita pendeknya yang lain yang mengetengahkan tokoh-tokoh dengan fitur fisik yang menarik dan rupawan. Maupassant menciptakan karakter-karakter biasa yang tidak menarik secara fisik. Tokoh yang dijadikan judul kisah ini pun bukanlah tokoh utama. Dia seperti dipilih untuk menjadi simbol antiheroik kisah ini yang kelak akan menegaskan pesan yang disuratkannya di akhir cerita. Bagaimana sikap patriotik gadis biasa—yang tidak mendapatkan tempat terhotmat di kalangan masyarakat berbudaya—menemukan cintanya.
Kisah Mademoiselle Fifi ini juga mengingatkan saya pada cerita terakhir dalam kumpulan cerita Maupassant ini: Boule de Suif. Keduanya memiliki kemiripan dalam beberapa hal: sama-sama berlatar masa pendudukan tentara Prusia di Perancis, dan menempatkan wanita penghibur sebagai heroin.
Boule de Suif ini adalah cerita terpanjang dalam kumpulan cerita pendek Maupassant ini. dan oleh sebab itu, meski kisah ini tetap saja dilabeli cerita pendek, secara personal, saya menganggapnya sebuah novela. Konon, kisah ini terinspirasi oleh Maupassant ketika dirinya tergabung dalam kemiliteran.
Boule de Suif mengisahkan dua belas pelarian yang meninggalkan kota mereka akibat pendudukan tentara Prusia. Dua orang saudagar kaya beserta istrinya, dua orang politisi beserta istrinya, dua orang biarawati, seorang lelaki terhormat yang ditakuti para politisi, dan seorang wanita penghibur kelas atas yang dijuluki Boule de Suif—yang berarti ‘Bola Lemak’. Kereta mereka ditarik empat ekor kuda yang berjalan sangat lamban. Sejak awal, para wanita di dalam kereta itu, kecuali dua biarawati dan Boule de Suif, sudah terjalin obrolan hangat dan segera berkawan baik. Dan karena mereka mengetahui reputasi Boule de Suif dengan baik, mereka segera resmi memusuhinya.
Perjalanan kereta kuda para pelarian segera menjadi di luar batas toleran semua penumpangnya. Para penumpang kaya raya yang berharap agak kereta tumpangan itu segera tiba di sebuah penginapan atau kedai, mulai merasa kelaparan. Satu-satunya yang merasa tentang hanya Boule de Suif. Perempuan itu memiliki perbekalan yang melimpah. Tapi kemudian, karena kedermawanannya, perbekalan itu segera tandas oleh penumpang-penumpang lain, yang sebagian besarnya, hanya beramah tamah demi mendapatkan perbekalan itu.
Boule de Suif adalah cara Maupassant menyuarakan kemanusiaan, kebenaran, patriotisme, dan penjagaan akan kehormatan, lewat tokoh non-putih. Klimaks dari kisah ini adalah bagian paling emosional sekaligus paling kuat. Yakni, ketika kereta kuda para saudagar, politisi, dan biarawati ditahan oleh tentara Prusia, sehingga membutuhkan pengorbanan seorang wanita seperti Boule de Suif. Mengorbankan martabat dan nama baiknya di hadapan musuh, Boule de Suif yang oleh penumpang kereta kuda lainnya disebut sebagai wanita murahan, skandal publik, telah menyelamatkan mereka semua. Dengan kehinaan dirinya, atas nama kemanusiaan dan pengorbanan yang sudah menjadi keharusan untuk dilakukan seorang wanita di dunia ini.
Dari Sembilan cerita pendek dalam buku ini, novela Boule de Suif ini adalah karya Maupassant yang paling matang. Dituliskan dengan detil yang memikat, narasi yang intens, dengan ironi yang tajam sekaligus humoris, dan seperti biasa, akhir yang tidak terduga. Berbicara tentang cinta, Maupassant cukup berhasil mengungkapkan realita dalam kesenjangan antarkelas sosial dan perang, dengan tanpa basa-basi. Ini sebuah bacaan klasik yang sarat isu dan menghibur dengan kritis.
kredit gambar

2 comments:

  1. Reviewnya sangat menarik dan mendalam :) Saya suka kumpulan cerpen ini dan Maupassant tahu cara menulis cerita yang sulit untuk dilupakan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kunjungannya, Mbak Citra ^_^
      Kekuatan Maupassant, saya kira, seperti kekuatan yang dimiliki maestro sastra lainnya, adalah upayanya untuk mengetengahkan konteks sosuio-humanis dalam karya-karya mereka. Bukan sekadar cerita yang memiliki alur dan berakhir mengejutkan :)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...