Pages

Tuesday, December 30, 2014

Fiona, Grant, dan Petualangan sang Beruang

Judul buku: The Bear Came Over The Mountain: The Ultimate Love Story
Jumlah halaman: 64 halaman paperback
Penulis: Alice Munro
Penerjemah: Anton W.P 
Tahun terbit: January 2014
Penerbit: BukuKatta
ISBN13: 9789791032803

Hampir setengah abad setelah Fiona melamar Grant, tahun-tahun kehidupan akhirnya membawa mereka pada banyak perubahan. Yang paling nyata dari segalanya adalah fisik mereka yang telah renta—meski sebenarnya Fiona masih tetap menarik, dalam kadar usianya. Hal nyata—sekaligus menyakitkan—lainnya adalah fakta bahwa Fiona mengalami kemunduran daya ingat yang
drastis. Grant menemukan bahwa Fiona sering membuat catatan tentang agenda yang harus dia lakukan, dan semacamnya. Fiona seringkali tidak ingat jalan pulang ke rumah dan justru mengingat hal-hal yang sudah lama sekali berlalu. Maka setelah berkonsultasi dengan dokter, Grant melepaskan Fiona untuk tinggal di wisma perawatan khusus untuk penyakitnya. Selama tiga puluh hari pertama, Grant tidak menjenguk Fiona demi mematuhi aturan yang berlaku di wisma perawatan itu. Grant hanya memastikan kabar Fiona lewat seorang perawat bernama Kristy. Dan setelah tiga puluh hari pertama itu berlalu, ketika Grant datang mengunjungi Fiona, dia mendapati istrinya itu sedang menjalin persahabatan yang terlalu karib dengan seorang pasien lain bernama Aubrey, dan dalam keadaan tidak mengenali Grant sama sekali. Fiona dan Aubrey menunjukkan hubungan saling ketergantungan yang membuat Grant kecewa.
Suatu hari, tibalah saatnya bagi Aubrey untuk meninggalkan wisma perawatan itu. Grant menemukan Fiona dirundung dukacita yang dalam. Lelaki berusia lebih dari tujuh puluh tahun itu pun berinisiatif menemui istri Aubrey, Marian, untuk meminta izinnya agar Aubrey bisa kembali ke wisma perawatan, sehingga Fiona dapat bersikap seperti semula.

The Bear Came Over The Mountain adalah sebuah cerita yang berlatar belakang sebuah kota kecil di Kanada. Lewat kisah ini, Alice Munro menyajikan sebuah portrait dari kehidupan sehari-hari yang sangat familier dengan kita. Namun, kali ini lewat sepasang tokoh lansia: Grant dan Fiona. Grant yang pernah menjadi dosen sastra Anglo-Saxon dan Nordic  di sebuah universitas, dan Fiona yang cerdas dan enerjik dan penuh semangat, yang seorang ibu rumah tangga biasa. Dan seperti halnya rumah tangga kebanyakan, kehidupan pernikahan Grant dan Fiona juga tidak selalu bahagia. Grant adalah seorang lelaki beristri yang tampan, cerdas, dan memikat. Selama menjadi dosen di universitas, beberapa kali Grant terlibat hubungan asmara dengan mahasiswi-mahasiswinya. Dan tampaknya, Fiona juga mengetahui hal itu. Tapi Grant sama sekali tidak pernah berniat akan meninggalkan Fiona atau berhenti mencintainya.
Memang ada sepucuk surat, dan kata ‘tikus’ tertulis dengan cat hitam di pintu kantornya, kemudian Fiona mengatakan seorang gadis patah hati karena dirinya (hal. 15).
Saya menyukai bagaimana kedua karakter ini, Grant dan Fiona, diperjodohkan oleh Munro. Keduanya tampak serasi. Mereka saling menyeimbangkan bagi satu sama lain. Grant adalah lelaki yang dingin, namun teguh cintanya. Sedang Fiona, memiliki kepercayaan yang utuh kepada Grant. Sehingga meski dia mengetahui betapa Grant digilai banyak wanita, dia hanya menanggapinya dengan keceriaan yang lahir dari cintanya yang hangat untuk Grant. Grant pun sangat menyadari hal ini, sehingga ketika dia menemukan Fiona jatuh cinta kepada Aubrey dan sama sekali tidak mengenalnya, dia mengambil inisiatif yang mengorbankan kehormatannya sebagai lelaki dan suami, dan cintanya yang selalu untuk Fiona sejak semula.
Cerita pendek ini terbagi dalam beberapa segmen. Segmen pertama menampilkan Fiona dan Grant di fase dewasa muda mereka, lengkap dengan latar belakang keluarga Fiona yang begitu ringkas. Segmen berikutnya adalah sebuah portrait kehidupan keseharian Fiona dan Grant ketika keduanya telah lansia dan Fiona sudah menunjukkan gejala demensia—yang saya persepsikan sebagai Alzheimer. Dua segmen ini dengan serta merta membentangkan gap yang sangat lebar, yang oleh Munro dipersempit oleh narasi singkat tentang segelintir hal yang telah terjadi pada Fiona dan Grant dalam kehidupan perkawinan mereka yang tanpa seorang anak pun. Tapi tetap saja, saya masih ingin mengagumi Fiona muda yang enerjik lebih lama lagi. Nampaknya, Munro memilih fragmen yang paling penting, yang membawa Fiona dan Grant pada kehidupan masa tuanya yang dramatis. Dan segmen pertama itu dimaksudkan untuk memberi sentuhan prolog yang memancing dugaan-dugaan fantastis pembacanya.
Meski kisah ini tampak seperti sebuah drama pendek yang menyentuh, Munro seperti tidak ingin kehilangan kesenangannya untuk bermain-main. Dia menggunakan simbolisasi untuk beberapa hal. Tapi simbolisasi paling menarik bagi saya, adalah gagasan utamanya yang sejak awal telah menarik perhatian saya: frasa The Bear Came Over The Mountain yang tidak lain adalah judul kisah ini. Frasa ini disebut-sebut terinspirasi dari judul lagu anak-anak: The Bear Went Over The Mountain. Sebuah lagu yang lugu dan ceria tentang seekor beruang yang melintasi gunung, dan ketika sampai, ia hanya mendapati sisi gunung yang lainnya. Tampak seperti sia-sia tapi sangat membelajarkan.
Saya sudah mencocokkan beruang dengan segala hal yang menurut saya paling mungkin dan sesuai. Tapi saya pikir, sang Beruang adalah Grant dan juga Fiona. Kehidupan mereka di masa lalu adalah sisi sebuah gunung yang menjadi titik mula keberangkatan mereka. Dan kehidupan hari tua mereka adalah sisi lainnya yang mereka dapati setelah melintasi berbagai hal, emosi, rintangan, dan bahagia, bersama-sama. Di masa lalu, Grant pernah mencintai beberapa wanita selain Fiona, dan ketika dia berhadap-hadapan lagi dengan Fiona, dia bersikap seolah-olah tidak melakukan kesalahan besar. Di hari tuanya, Fiona melakukan hal yang sama terhadapnya. Akhir cerita  Fiona dan Grant juga adalah Petualangan Beruang dalam versi yang setengah lucu dan sepenuh-penuhnya mengharukan. Betapa lucunya mencintai orang lain atau bahkan banyak-orang-lain yang bukan kekasihmu, hanya untuk mendapati kenyataan bahwa, pada akhirnya, kau sebenarnya tidak pernah mencintai siapa-siapa kecuali kekasihmu yang semula.
Saya mungkin baru saja menuliskan review-paling-spoiler saya yang pertama. Tapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak terpengaruh provokasi Munro, bermain-main dengan setiap aspek yang dia tampilkan atau sengaja sembunyikan dalam simbol-simbol dalam kisah ini. Saya bahkan memutuskan untuk mengabaikan kakurangan dalam aspek editorial—yang dalam hal ini adalah penerjemahan dan penyuntingan—buku supertipis ini, dan memberikan empat bintang untuk pekerjaan sastra Munro yang sangat memikat dan mencuri perhatian saya.
Kredit gambar

Anda dapat membaca cerita pendek ini dalam versi asli yang diterbitkan The New Yorker disini

Review ini diikutsertakan untuk:

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...