Pages

Tuesday, April 29, 2014

Di Balik Layar Dunia Penerbitan


Judul buku: The Accidental Bestseller
Penulis: Wendy Wax
Jumlah halaman: 676 halaman
Tahun terbit: 2012
Penerbit: Qanita
Award: Finalis RITA Award 2010
         Segala sesuatu yang tidak membunuh Anda akan membuat Anda semakin kuat. Dan nanti, Anda bisa menggunakannya sebagai bahan cerita __Tapani Bagge

Keruntuhan Kendall Aims dimulai pada malam penghargaan Zelda Awards. Nama pemenang yang dibacakan Mallory St. James—sahabatnya, ternyata bukanlah namanya. Editornya, Jane Jensen, yang telah lama membencinya, semakin membencinya. Tapi biar bagaimanapun, dia masih memiliki utang satu buah buku untuk diselesaikan sebelum ia benar-benar didepak dari Scarsdale—penerbitnya. Dia harus menguatkan dirinya untuk kontrak—yang uang mukanya telah ia tabung—itu. Tapi ketika ia pulang ke Atlanta, berharap dapat berlindung di dalam rumahnya yang nyaman, ia mendapati suaminya, Chris Aims,

Thursday, April 17, 2014

Sihir Dongeng dari Abad Modern


Judul buku: Lips Touch Three Times
Jumlah halaman: 385 halaman

Penulis: Laini Taylor
Penerjemah: Melody Violine
Editor : Olga Dories
Tahun terbit: Februari 2012 (Dipublikasikan pertama kali tahun 2009)
Penerbit: Heart (Ufuk Publishing House)

Lips Touch Three Times merupakan omnibook berisi 3 buah novela. Ketiganya mengisahkan tentang tiga ciuman penentu tiga kisah cinta berbeda: Kutukan Kecil, Buah Goblin, dan Menetas. Kutukan Kecil berkisah tentang ciuman yang menghidupan kutukan dari dasar neraka. Seorang gadis cantik bernama Anamique yang suaranya dapat membunuh makhluk hidup yang mendengarnya. Maka Anamique tak pernah mengeluarkan suara sejak bayi. Hingga suatu ketika, ia jatuh cinta pada seorang pemuda menciumnya dan menginginkan jawaban "ya" dari Anamique sambil memperdengarkan suaranya. Anamique lalu mempercayai perkataan James, bahwa tak ada kutukan di dunia ini. Maka Anamique pun bernyanyi.

Monday, April 14, 2014

Novel Impor vs Novel Lokal [A Guest Post by Esti Sulistyawan]



           Saya sudah suka membaca buku cerita sejak kecil, apalagi Ibu sangat mendukung hobi membaca saya dengan berlangganan majalah anak-anak dan membelikan buku bacaan sejak saya sudah bisa membaca. Ketika duduk di kelas 3 sekolah dasar, saya mulai bertandang ke perpustakaan sekolah. Waktu itu buku-buku kesukaan saya berbentuk ensiklopedia. Paling tertarik dengan flora dan fauna. Semakin bertambah usia, ragam bacaan saya mulai berkembang. Dari mulai majalah remaja, koran, hingga novel.

BBI 3rd Anniversary Project’s Guest Posting



Apa kabar dunia? Pagi yang menyenangkan! Hari ini Blogger Buku Indonesia genap berusia 3 tahun. Usia menggemaskan untuk seorang batita ^_^ Tapi Blogger Buku Indonesia adalah Batita Ajaib. Di usianya yang ketiga, BBI sudah memiliki tidak kurang dari 200 blogger yang berkomitmen untuk disiplin dalam membaca sebagai bentuk dukungan tertinggi untuk dunia literasi tanah air, dan hebatnya, juga menuliskan review yang berkualitas sebagai referensi bagi penikmat buku Indonesia yang lainnya. Sebagai penikmat buku, saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari keluarga kecil Blogger Buku Indonesia yang sangat dedikatif terhadap perbukuan Indonesia ini.

Wednesday, April 02, 2014

Tentang Cinta Seorang Ibu

Judul buku: Perfect Match
Jumlah halaman: 504 halaman
Penulis: Jodi Picoult
Penerjemah & Editor : Julanda Tantani
Tahun terbit: Mei 2010 (Dipublikasikan pertama kali tahun 2002)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Nina Frost yang terbiasa menghadapi pelaku pelecehan seksual terhadap anak-anak di pengadilan, untuk ke seklian kalinya berhadapan dengan salah satu dari mereka. Tapi kali ini ia tidak berada di sana sebagai jaksa penuntut, melainkan ibu dari korban pelecehan seksual. Putra kecilnya yang seperti malaikat, Nathaniel yang berusia lima tahun, harus mengalami nasib buruk hingga trauma. Nina tahu aturan mainnya, penjahat itu tidak akan mendapat hukuman yang setimpal. Lelaki bajingan itu mungkin hanya akan dihukum dua tahun penjara—bahkan tidak jarang, mereka berhasil lolos dari tuduhan jika mendapatkan pengacara pembela yang hebat—sementara Nathaniel, akan mengalami mimpi buruk di sepanjang hidupnya. Nina tidak akan pernah

Acara Televisi “Adu Manusia” di Arena Alam Liar

Judul buku: The Hunger Games
Jumlah halaman: 406 halaman
Penulis: Suzanne Collins
Penerjemah & Editor : Hetih Rusli
Tahun terbit: Oktober 2009 (Dipublikasikan pertama kali tahun 2008)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Hari Pemilihan tiba! Semua remaja merasakan keresahan yang sama. Terlebih jika usia mereka baru menginjak 12. Mereka akan dilanda gugup dan kecemasan luar biasa. Itu akan menjadi Hari Pemilihan mereka yang pertama. Katniss Everdeen, mengenakan gaun biru milik ibunya. Yang terindah yang dimiliki keluarga miskin seperti mereka. Katniss tampil cantik untuk Hari Pemilihan siang itu. Rambutnya dikepang dan itu membuatnya jauh berbeda dari Katniss yang mahir memanah rusa di hutan bersama Gale. Ia enam belas tahun sekarang. Jumlah namanya dalam toples undian empat kali lipat lebih banyak. Hari itu Primrose, adiknya, akan mengikuti pemilihan untuk pertama kalinya. Ia juga tampil cantik dan sangat gugup. Padahal tahun ini, namanya di dalam toples undian hanya 1. Sedang Katniss, memiliki 20 nama di dalam toples mengerikan itu. Mengejutkan saat mengetahui bahwa Primlah sang Terpilih. Dialah yang akan berdiri di panggung sebagai perwakilan Distrik 12 dari Negara Panem.
Katniss maju ke tengah barisan, membuat keributan kecil, menawarkan diri menjadi sukarelawan yang akan menggantikan adiknya. Ia naik ke panggung dengan ekspresi berani yang dibuat-buat (siapa yang berani menjadi calon terbunuh? Terlebih jika kau tahu, kau akan meninggalkan dua orang keluarga yang selama ini menggantungkan hidupnya kepadamu). Permintaan sukarelanya dikabulkan. Beberapa saat kemudian , Peeta Mellark, cowok yang pernah menolong Katniss dan memberikan roti gosong saat gadis itu begitu kelaparan, juga naik panggung. Peeta berdiri di sisi Katniss, menjadi pasangannya untuk berangkat ke Capitol, menjadi peserta Hunger Games ke-74.
 Seperti namanya, Hunger Games adalah permainan menahan lapar. Sebuah acara televisi yang disaksikan di seantero Panem, dan menjadi ajang pertaruhan oleh warga Capitol yang kaya raya. Keduabelas peserta Hunger Games akan dilempar ke sebuah arena dengan banyak tantangan dan perbekalan—makanan dan senjata—seadanya. Di tahun ketujuh puluh empat perhelatannya, medan Hunger Games adalah hutan belantara. Apa saja bisa ada di dalamnya. Pepohonan tinggi yang bisa digunakan untuk tidur, danau yang bisa begitu dingin dan juga membara, lebah bersengat mematikan, buah yang kaupikir kau mengenalnya dengan baik namun nyatanya itu beracun, dan kucing hutan buas yang haus darah. Tapi biar bagaimanapun, hutan adalah medan yang sangat dikuasai Katniss. Jika tidak pandai berburu, atau berkelahi dengan peserta yang lebih kuat untuk mengambil bahan makanan, seorang peserta bisa saja tewas. Bisa karena kelaparan, tapi lebih mudah dengan terbunuh dalam perkelahian. Pilihan bertahan hidupnya tidak banyak. Kau bisa menahan lapar lalu mencari makanan sendiri, atau merebut makanan milik peserta lain dengan membunuhnya. Hunger Games ini adalah cara Capitol—pusat kekuasaan Panem—untuk menghukum keduabelas distrik di Panem atas pemberontakan mereka di masa lalu. Dan sebagai peringatan, agar mereka selalu mengingatnya dengan baik bahwa, pemberontakan hanya akan membawa mereka berakhir pada hukuman yang kejam itu: diadu di arena Hunger Games.
The Hunger Games adalah buku pertama dari Trilogi The Hunger Games. Mengabaikan dua buku lainnya—Catching Fire dan Mockingjay, yang juga bestselling mengikuti nasib pendahulunya—The Hunger Games memiliki ide yang tidak sekadar liar. Melainkan juga buas. Bergenre teenlit yang segmentasi pembacanya jelas remaja muda, buku ini sebenarnya tidak layak dibaca para remaja muda. Pembunuhan seolah merupakan peristiwa lumrah. Dipikirkan, direncanakan, dan diucapkan dengan mudah oleh para peserta Hunger Games. Meski disisipi dengan percik romansa khas remaja, pesan moral tentang keberanian dan perjuangan hidup, aturan main Hunger Games—membunuh atau dibunuh karena hanya akan ada satu pemenang di akhir permainan—adalah hal yang ganjil jika harus disandingkan dengan elemen moralitas itu. Dua belas anak muda berbakat—dalam hal penggunaan senjata dan mempertahankan diri—dilatih untuk bertarung dan membunuh. Semua itu demi memuaskan warga Capitol berkostum aneh yang akan bersorak-sorai di depan layar televisi, bertaruh besar-besaran untuk jagoan mereka yang berjuang memberikan tontonan terbaik. Sejarah perhelatan Hunger Games, bahkan setelah kisah ini berakhir, tidak cukup rasional untuk diterima. Terlepas dari genrenya—fiksi fantasi. Permainan adu manusia, dalam pikiran siapa pun—kecuali seorang psikopat, tetaplah sangat tidak manusiawi.
Di lain sisi, Suzanne Collins memiliki kemampuan bercerita yang akan membawa pembaca sulit untuk menolak saat digiring memasuki cerita dan menuju akhir permainan. Menunggu setiap kejadian tak terduga di dalam arena dan bagaimana Katniss—sang Heroin—menghadapinya. Dengan ritme bercerita yang cepat—khas kisah fantasi—dan gaya bercerita yang ringan, Hunger Games akan menggoda rasa ingin tahu siapa saja yang sudah memulai kisah ini.
Tapi pada akhirnya, saya masih berpikir untuk membaca sekuel-sekuelnya atau tidak. Dan saya memastikan, akan menjauhkan buku ini dari remaja mana pun yang mendekati rak buku saya. Sulit untuk merekomendasikannya kepada seseorang.
Kredit gambar di sini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...