Jumlah halaman: 224 halaman
Penulis: Sun-mi Hwang
Penerjemah: Dwita Rizki Nientyas
Editor: Esti A. Budihabsari
Tahun terbit: Februari 2013
Penerbit: Qanita
Leafie adalah ayam petelur yang berharap dapat mengerami telurnya sendiri, seperti ayam betina di halaman. Karena ia percaya, ia pun ayam betina. Dan semua ayam betina bisa bertelur dan mengerami telur. Dari balik jeruji kandang, Leafie selalu mendambakan kehidupan di luar kandang. Hidup di halaman dan melihat dunia luar. Merasakan angin yang menerbangkan dedaunan. Leafie sangat menyukai dedaunan. Karena dedaunan selalu tumbuh, meski setelah mereka berguguran. Karena itulah ia menamai dirinya Leafie.
Lalu suatu hari, Leafie tidak dapat bertelur lagi. Ia kehilangan selera makan dan tampak sakit. Dan ia dibuang ke lubang kematian. Bersama ayam-ayam betina sakit dan sekarat. Di sanalah petualangan Leafie dimulai. Meloloskan diri dari lubang kematian yang selalu diincar musang yang memburu ayam hidup. Kelak, musang itu terus memburu Leafie di setiap kesempatan.
Terjual lebih dari satu juta kopi di negaranya, Leafie pun diadaptasi menjadi film animasi. Novel ini juga telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Hen Who Dreamed She Could Fly dan juga menjadi bestselling book yang terjual hingga dua juta kopi. Film Leafie mendapat tempat terhormat di Festifal Film Sitges di Spanyol, dengan memenangkan kategori Best Sitges Family Film Diploma di tahun 2011. Leafie juga menjadi Film Animasi Terbaik di Asia Pacific Screen Awards yang di helat di Australia pada tahun yang sama. Di mancanegara, Leafie dikenal sebagai The Hen into The Wild.
Sangat mengagumkan mengikuti petualangan seekor ayam betina di alam liar dan mengambil banyak pelajaran darinya. Keberanian mengambil keputusan, keberanian menjalani pilihan, keberanian menghadapi tantangan hidup, dan kesabaran menjalani segala konsekuensinya, adalah kearifan yang dapat kita renungkan dari kisah fabel Leafie. Hwang Sun Mi bercerita dengan lembut, hangat, dan sederhana, namun mampu menyentuh inti nurani pembaca yang memiliki banyak mimpi, namun masih ragu akan mimpi-mimpinya. Bermimpilah. Sebesar-besarnya. Setinggi-tinggnya. Dan kau akan memiliki energi yang turun dari langit, untuk mengejarnya. Dan selanjutnya, kau hanya harus menggenggam keberanianmu erat-erat, dan memantapkan langkahmu untuk berjalan ke depan. Kisah Leafie juga menghadirkan beberapa tokoh minor namun memiliki peran yang penting. Tokoh-tokoh tersebut tidak sekadar hadir sebagai pelengkap. Tokoh-tokoh ciptaan Hwang Sun Mi ini adalah representasi karakter-karakter manusia di sekitar kita. Tokoh Ayam Betina keluarga halaman adalah representasi orang-orang yang tak ingin disaingi. Mereka hampir tidak memiliki rasa belas kasih, dan akan melakukan segala cara agar posisinya dalam sebuah tatanan sosial tidak tergeser. Lalu ada pula Ayam Jantan. Representasi jenis pemimpin yang mengesampingkan keadilan karena menjaga status kepemimpinannya. Suara kelompok pimpinannya adalah yang terpenting, membutakan naluri melindungi di dalam dirinya. Adapun si Anjing Tua, adalah representasi kelas masyarakat pegawai. Titah majikan adalah sabda tertinggi. Sedang rasa belas kasih tak ada apa-apanya jika dibanding dengan itu. Sedang tokoh Bebek Liar, sang Pengelana, adalah representasi sang Pemilik Jiwa Bebas, yang akan selalu menghargai pemilik jiwa-jiwa bebas lainnya. Dan kekaguman itu mampu membuat mereka melakukan pengorbanan tertinggi, demi membebaskan mereka yang merindukan kebebasan.
Dipenuhi adegan-adegan yang menyentuh dan menghangatkan hati, Leafie tidak saja diperuntukkan bagi anak-anak. Orang-orang dewasa pun akan tergugah dengan kisah Leafie.
Leafie adalah ayam petelur yang berharap dapat mengerami telurnya sendiri, seperti ayam betina di halaman. Karena ia percaya, ia pun ayam betina. Dan semua ayam betina bisa bertelur dan mengerami telur. Dari balik jeruji kandang, Leafie selalu mendambakan kehidupan di luar kandang. Hidup di halaman dan melihat dunia luar. Merasakan angin yang menerbangkan dedaunan. Leafie sangat menyukai dedaunan. Karena dedaunan selalu tumbuh, meski setelah mereka berguguran. Karena itulah ia menamai dirinya Leafie.
Lalu suatu hari, Leafie tidak dapat bertelur lagi. Ia kehilangan selera makan dan tampak sakit. Dan ia dibuang ke lubang kematian. Bersama ayam-ayam betina sakit dan sekarat. Di sanalah petualangan Leafie dimulai. Meloloskan diri dari lubang kematian yang selalu diincar musang yang memburu ayam hidup. Kelak, musang itu terus memburu Leafie di setiap kesempatan.
Terjual lebih dari satu juta kopi di negaranya, Leafie pun diadaptasi menjadi film animasi. Novel ini juga telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Hen Who Dreamed She Could Fly dan juga menjadi bestselling book yang terjual hingga dua juta kopi. Film Leafie mendapat tempat terhormat di Festifal Film Sitges di Spanyol, dengan memenangkan kategori Best Sitges Family Film Diploma di tahun 2011. Leafie juga menjadi Film Animasi Terbaik di Asia Pacific Screen Awards yang di helat di Australia pada tahun yang sama. Di mancanegara, Leafie dikenal sebagai The Hen into The Wild.
Kredit gambar di sini |
Dipenuhi adegan-adegan yang menyentuh dan menghangatkan hati, Leafie tidak saja diperuntukkan bagi anak-anak. Orang-orang dewasa pun akan tergugah dengan kisah Leafie.
Kredit gambar di sini |
No comments:
Post a Comment