Jumlah halaman: 384
halaman
Penulis: Sinta Yudisia
Penyunting: Mastris Radyamas
Tahun terbit:
Juni 2013
Penerbit:
Indiva Media Kreasi
ISBN13: 9786028277990
Jatuh cinta,
telah menjadi tidak saja frasa istimewa yang langsung memancing perhatian dan
rasa ingin tahu setiap orang, tetapi juga telah diterima sebagai aktivitas
batiniah yang lazim dan termaklumi. Siapa pun, makhluk mendewasa di planet ini,
telah sangat familier dengan jatuh cinta.
Rasa kagum, suka, cinta, sayang, terjadi begitu alami dan tidak terduga,
sehingga seringkali tidak disadari, bahwa hal ini tidak sesederhana yang
terasa. Siapa sangka, jatuh cinta bisa begitu kompleks dalam penjabaran
filosofis dan keilmuan, demi memaknainya secara utuh, benar, dan bijaksana. Sinta Yudisia, dalam Kitab Cinta & Patah Hati,
mengajak kita menelaah cinta dari muasal yang paling akar, hingga integralnya
yang kompleks dan rumit.
Cinta awalnya penderitaan, dan akhirnya adalah kesungguhan.Mengungkapkan cinta itu mudah. Tetapi menyiangi, memelihara, dan memupuknya, membutuhkan kesungguhan. …Bagaimana kita bisa mencintai seseorang yang sedemikian asing? Bagaimana berbagi bersamanya? Bagaimana mendahulukan kepentingannya dan menahan kepentingan pribadi? Bagaimana menerima kekurangan dan berusaha memperbaiki atau melengapi ketidaksempurnaannya? (hal. 17).
Kitab Cinta & Patah Hati,
terbagi dalam dua pokok besar pembahasan: Cinta dan Patah Hati, yang
masing-masing terbagi dalam beberapa subpokok bahasan. Dalam bahasan Cinta,
Sinta Yudisia berupaya mendefinisikan
cinta dari beragam sudut pandang. Mulai dari segi Bahasa, budaya, hingga
pandangan teologis. Sinta Yudisia lantas mengajak kita
mengenali perasaan personal kita yang terdalam untuk mendeteksi cinta. Ini adalah
bagian yang menarik. Karena Sinta Yudisia bahkan mengemasnya dalam
item-item kuesioner. Lalu ada pula pembahasan familier yang sudah kita temukan
di kelas biologi sekolah menengah atas: organ yang memengaruhi pengiriman
impuls untuk memicu rasa senang dan suka, perilaku cinta, pemaknaan akan cinta
sejati, teknik menaklukkan cinta, nasehat untuk menemukan, menjalani, dan
mempertahankan cinta sejati. Lalu pada akhirnya, mengikrarkan tekad untuk
mencari cinta sejati. Sebagai pelengkap, Sinta juga mengisahkan lagi
kisah-kisah cinta yang mensejarah dari tokoh-tokoh terkenal dalam drama-drama
atau hikayat-hikayat cinta dunia.
Cinta merangkum sekian banyak ekspresi dan emosi, hingga tak mudah mendefinisikan kecamuk: resah, gelisah, gulana, waswas, khawatir, cemburu sekaligus bahagia, kegembiraan kanak-kanak, optimism, dan keriangan yang kadang tak terkendali.Mereka yang merasakan cinta melihat warna hidup lebih berbeda. Mendung bukan kelabu, namun pertanda hujan. Hujan bukanlah basah kuyup, tapi aura romantisme. Panas tidaklah terik, namun rasa hangat yang melempangkan waktu untuk bertemu. Lelah bukan pertanda letih, sebaliknya, ujicoba kesungguhan kesetiaan (hal.21).
Pokok bahasan
Patah Hati adalah pokok bahasan yang
meskipun tidak diinginkan siapa pun untuk dialami, tapi mau tidak mau, akan
memancing rasa ingin tahu yang membuncah-buncah. Seperti kopi yang dituangkan
dengan berlebihan. Pahit dan manis yang meluah hingga ke tanah. Berani jatuh
cinta, berarti harus berani menghadapi konsekuensi mengalami patah hati. Dalam beberapa
tahun terakhir, media sosial kita adalah wadah ekspresi kegalauan yang cukup
menarik perhatian. Tapi buku ini telah hadir untuk menjadi semacam panduan
kecil untuk meredakannya.
Manusia merasa gagal mempertahankan ikatan cinta padahal dia telah berusaha sekuat tenaga mempertahankan. Pertanyaan-pertanyaan yang bernada menyalahkan diri sendiri seperti ‘Apakah aku kurang cantik?’, ‘Apakah aku kurang perhatian?’, ‘Apakah ada orang lain yang lebih special?’. Beragam pertanyaan dan pernyataan negated sering muncul seiiring peristiwa kehilangan cinta. Begitupun, pertanyan dan pernyataan negative tentang si dia muncul: ‘Ternyata betul, lelaki tidak setia’, ‘Perempuan sekarang ‘matre’ semua’, ‘Tak satu pun manusia di dunia ini pernah jujur terkait cinta’.Menerima dengan sadar apa yang terjadi tanpa embel-embel sikap negative adalah langkah pertama penyembuhan. ‘Yam hubungan cinta ini telah berakhir. Aku frustrasi. Tapi kutetapkan, tak akan menjadi rasa sakit yang berkepanjangan ’ (hal. 293).
Bab ini
mengetengahkan banyak tips yang patut dicoba ketika patah hati melanda. Sinta Yudisia telah mengemasnya dalam
arahan-arahan ala bimbingan konseling personal, disajikan dengan runut, dan Bahasa
yang ringan serta mudah dicerna. Tidak hanya tentang bagaimana menyikapi patah
hati, tetapi juga, bagaimana harus memulai lagi. Bagaimana mengobati patah
hati. Jatuh cinta lagi, tanpa takut.
Sakit hati akibat patah hati dapat berimbas pada kelelahan mental, bila tak terjatuh pada gangguan mental yang berlanjut seperti frustrasi dan depresi. Andai berlarut, si pemiliknya tak segera berinisiatif mengobati sakit patah hati, semangat hidup akan goyah. Tak memiliki semangat bersaing, berprestasi, bahkan sekadar menjalani hidup sebagai seharusnya (hal. 315).
Untuk patah
hati, Sinta tidak saja menawarkan solusi ruhiyah, melainkan juga solusi
psikologis yang berharga. Dan di akhir, seperti halnya pada bahasan Cinta, Sinta Yudisia juga sudah memilihkan
kisah-kisah patah hati yang bisa disarikan hikmahnya untuk kita.
Kitab Cinta & Patah Hati
saya rekomendasikan untuk para remaja yang baru mulai menumbuhkan cinta,
dan para orang tua, sebagai salah satu bahan rujukan mendampingi putra-putri
mereka menjalani fase jatuh cinta dan patah hati. Saya berharap, akan selalu
ada buku-buku seperti dalam deret referensi yang mengayakan kita secara rohani
dan keilmuan. Sebuah panduan relijius menjatuhcintai dan menyikapi patah hati
dengan bijaksana.
No comments:
Post a Comment