Jumlah halaman: 264 halaman paperback
Penulis: Chitra Banerjee Divakaruni
Penerjemah: Gita Yuliani K.
Tahun terbit: Februari 2010 (pertama kali diterbitkan 17 April 2001)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9789792253689
Ada banyak upaya menangkar makna-makna dalam ruang-ruang kecil
fiksi. Saya hanya membaca sedikit sekali dari kisah-kisah itu. sebagian
besarnya adalah kisah-kisah cinta dalam beragam rasa dan kompleksitas tertentu.
Tema besar yang selalu digandrungi, kata orang-orang. Cinta dengan segala
problematika dan dilemanya. Cinta yang setia meunggu. Cinta yang mendua. Cinta
yang membenci. Benci yang mencinta. Cinta yang memilih. Cinta yang tidak
mungkin memilih. Cinta yang terlarang. Cinta yang terpaksa. Cinta yang setengah
terpaksa, setengah mendamba. Cinta yang hanya ilusi. Begitulah. Cinta asmara
yang hanyalah secuil dari elemen klise ini dapat saya temukan juga dalam The Unknown
Errors of Our Lives. Tetapi saya bisa melihat dengan jelas,
upaya Chitra Banerjee Divakaruni untuk menjabarkan cinta dalam turunan-turunan
yang lebih kaya, riil, sangat sehari-hari namun, tampak mewah karena hampir
terasa seperti baru.
Omnibus
ini merangkum sembilan buah cerita pendek yang mengetengahkan kisah-kisah
perempuan India yang hidup di Amerika, dalam upayanya bertahan dari
benturan-benturan kultural. Cinta seorang ibu, cinta seorang anak, cinta
seorang kakak, cinta seorang kekasih. Kesetiaan yang teruji, ketidaksetiaan
yang diuji, kemarahan, memaafkan.
Sembilan
cerita pendek Chitra memiliki panjang yang cukup jauh di atas standard panjang
cerita pendek-cerita pendek dalam negeri yang patuh terhadap standard koran.
Tapi saya rasa, bukan itu yang membuat cerita-cerita Chitra terasa jauh lebih
berbobot. Melainkan kualitas Chitra yang mampu menciptakan analogi dan metafora yang
kuat, segar, dan mengejutkan. Karena saya akan membutuhkan ruang yang lebih
lapang untuk menguliti satu per satu cerita dalam omnibus ini, maka saya akan
memilih tiga cerita terfavorit saya: Nyonya Dutta Menulis Surat, Apa yang
Diketahui Tubuh, dan Kesalahan-Kesalahan yang Tidak Diketahui Dalam Hidup
Kita.
Nyonya
Dutta Menulis Surat mengisahkan seorang wanita tua yang pindah ke Amerika untuk
mengikuti ajakan anak lelaki tunggalnya yang sangat berbakti, bernama Sagar.
Sagar menikahi Shyamoli yang cantik dan berpendidikan tinggi. Mereka memiliki
tiga orang putra-putri dengan tabiat yang sangat Amerika. Sementara Nyonya
Dutta telah menghabiskan hampir seumur hidupnya di India, dalam tatanan
kehidupan Timur yang khas. Dia bangun pagi sekali dan memulai hari dari dapur
dan sebagainya.
Istri yang baik, bangun sebelum seisi rumah bangun (hal. 14).
Hari
demi hari, Nyonya Dutta mulai diliputi kegelisahan. Amerika sangat tidak cocok
baginya. Dan Shyamoli mulai sering menangis karena dirinya. Masakan Nyonya
Dutta terlalu berlemak, dia tidak boleh menjemur pakaian di pagar sehingga
semua tetangga bisa melihat pakaian mereka, dan Nyonya Dutta tidak boleh menjenguk
tetangga--bahkan yang tampak murung dan kesepian sekalipun—untuk membagikan alu dum yang baru dimasaknya.
"Karena orang Amerika tidak ingin tetangga, mengganggu waktu pribadi mereka" (hal 33).
Nyonya
Dutta telah merasa kesepian padahal dia dikelilingi keluargnya. Putranya,
bagaimanapun juga, bukan lagi sekadar putranya. Dia juga suami dan ayah dari
orang lain. Maka Nyonya Dutta menyibukkan dirinya di dapur atau mencuci pakaian
sambil menulis surat di dalam kepalanya, kepada sahabatnya di India, Nyonya
Basu.
Saya
sangat menyukai bagaimana Chitra menyisipkan nilai-nilai yang dianut wanita
India lewat Nyonya Dutta dengan sangat halus dan alami. Tidak didaktik. Saya
merasa seperti ingin menghibur Nyonya Dutta dengan shock-culture-nya dan
meyakinkannya bahwa dia tetap berarti meski dia telah begitu tua dan jauh
tertinggal di belakang zaman yang bergerak seperti berlari di negara-negara
maju yang angkuh.
Cerita
favorit saya yang lain, Apa yang Diketahui Tubuh, berkisah tentang seorang ibu
muda bernama Aparna. Setelah proses bersalin lewat operasi, Aparna sering
merasa nyeri. Ternyata telah terjadi perlekatan usus di dalam tubuhnya. Aparna
menjalani operasi sekali lagi. Operasi yang merubah hidupnya. Aparna yang dulu
cantik dan lembut dan hangat, sekarang menjelma Aparna yang kusut, kusam, dan
kucal. Ia pemarah dan tidak ingin bertemu bayinya. Lalu suatu hari, dokter
bedahnya yang tampan membujuk Aparna dengan mengatakan betapa dia telah bekerja
keras untun menyelamatkan nyawa Aparna. Aparna pun mulai berubah. Dia mulai
membersihkan dirinya dan berhias. Setiap hari, dia selalu menunggu kunjungan
Dokter Byron. Suatu kali, Byron datang dan membujuk Aparna untuk menyentuh
bayinya, karena mungkin itu bisa menyembuhkannya. Sang Dokter benar. Aparna
mulai merasakan kembali semangat hidup mengaliri dirinya. Dia akhirnya bisa
pulih dan pulang, dan menyadari bahwa perhatian Byron terhadapnya hanyalah
wujud tanggungjawab moralnya sebagai pelayan kemanusiaan. Beberapa waktu
berselang, Aparna dan Byron bertemu lagi. Byron menyadari bahwa Aparna jauh
lebih cantik dari yang dilihatnya terakhir kali. Dia menawarkan sebuah kencan,
dan Aparna langsung memiliki jawabannya seketika itu juga. Saya menyukai
bagaimana Aparna tampil sebagai perempuan dengan nalar yang rasional di sini.
Chitra nampaknya ingin menunjukkan betapa seorang wanita akan selalu mencintai
anaknya dan suami yang mencintainya, tidak peduli betapa dia pernah
memperhatikan pria lain.
Yang
terakhir, adalah Kesalahan-Kesalahan yang Tidak Diketahui Dalam Hidup Kita.
Beberapa hari sebelum pernikahannya dengan Biren, Ruchira mendapat kunjungan
dari seorang perempuan bernama Arlene, dengan alis ditindik dan tato yang tidak
sempurna. Dia datang untuk mengabarkan akan melahirkan anaknya di bulan
Februari di Arizona, anak Biren. Ruchira kemudian berupaya menghubungi Biren,
sambil memikirkan kata makian yang tepat untuk membatalkan pernikahannya dengan
si Berengsek Biren. Tetapi saat Ruchira mendengarkan mesin penjawab
memerintahnya untuk meninggalkan pesan dalam suara Biren yang serak, dia
lantas berubah pikiran. Saya sangat menyukai akhir yang tidak terduga dari cerita ini. Juga pesannya tentang kesalahan-kesalahan yang selalu dimiliki manusia, yang sesekali tidak dia sadari, tapi sepertinya akan lebih baik jika dia tidak akan pernah menyadarinya, selamanya.
Ini adalah cerita yang luar biasa menawan. Idenya cerdas dan nyaris otentik. Meninggalkan kesan yang dalam dan sulit saya lupakan selama berminggu-minggu.
Ini adalah cerita yang luar biasa menawan. Idenya cerdas dan nyaris otentik. Meninggalkan kesan yang dalam dan sulit saya lupakan selama berminggu-minggu.
Chitra
benar-benar mampu menyelami hasrat terdalam manusia, dengan kepekaan menakjubkan
tentang detil yang tidak sanggup diindera pengamat lain. Sesekali, Chitra
mengakhiri kisahnya dengan jelas untuk menegaskan tujuannya, tapi tidak jarang
dia juga membuat akhir cerita yang terbuka, untuk memantik interpretasi yang tidak
terbatas. Dan bagaimanapun semua itu, sangat estetis dan menyenangkan untuk
disusuri. Saya tidak akan berpikir dua kali untuk menambahkan Chitra Banerjee
Divakaruni dalam daftar penulis favorit saya.
No comments:
Post a Comment