Jumlah halaman: 266 halaman
Penulis: Grace Lin
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Tahun terbit: Desember 2010 (pertama kali terbit 1 Januari 2009)
Penerbit: Atria
ISBN13: 9789790244603
Penghargaan sastra: Newbery Honor (2010), Mythopoeic Fantasy Award for Children's Literature (2010), Bank Street College of Education Josette Frank Award (2010), An ALA Notable Children's Book for Middle Readers (2010), Dorothy Canfield Fisher Children's Book Award Nominee (2011)
Iowa Children's Choice Award Nominee (2013), Goodreads Choice Nominee for Children's Book (2009), Cybils Awards Nominee for Middle Grade Fantasy & Science Fiction (2009), NCBLA - Notable Children's Books in the English Language Arts (2010)
Di sebuah desa yang tandus, hiduplah sekeluarga petani miskin: sepasang suami istri dan putri mereka yang baik budi, rajin bekerja, dan sangat menyukai dongeng. Namanya Minli. Dia memanggil ayahnya dengan Ba, dan ibunya dengan Ma. Setiap kali bertemu di meja makan, Minli selalu meminta Ba untuk mengisahkan dongeng. Minli tidak pernah bosan mendengar dongeng-dongeng Ba. Suatu malam, Minli meminta Ba lagi untuk menceritakan dongeng tentang Gunung Nirbuah yan kering dan tandus. Minli lantas bertanya, apa yang bisa dilakukan agar Gunung Nirbuah dapat menghijau kembali. Ba berkata, bahwa pertanyaan itu hanya bisa dijawab oleh Kakek Rembulan. Minli menjadi penasaran dengan sosok Kakek Rembulan. Ketika Ma marah dan mengatakan bahwa dongeng-dongeng itu tidak berguna karena mereka tetap saja miskin, Minli pun bertanya-tanya, mungkinkah Kakek Rembulan juga mengetahui cara merubah peruntungan keluarganya?
Suatu ketika, seorang penjual ikan mas melintasi desa Minli. Dia menjajakan ikan masnya sambil menyebut-nyebut tentang peruntungan. Minli lantas membelinya tanpa pikir panjang. Ma marah besar karena Minli menggunakan satu dari dua keping koin peraknya yang berharga untuk membeli benda yang tidak berguna. Menurut Ma, mereka bahkan tidak punya makanan cukup untuk memberi makan satu makhluk hidup lagi. Maka suatu malam, ketika Minli melihat tangan Ba gemetar saat merelakan suapan nasi terakhirnya untuk ikan mas miliknya, Minli pun merasa sedih. Dia berpikir bahwa Ma memang benar. Dengan sedih, Minli membawa ikan masnya ke sebuah sungai kecil, dan melepaskannya. Tiba-tiba si ikan mas bersuara. Minli terkejut bukan main, karena ternyata ikan mas itu bisa berbicara. Setelah berterima kasih kepada Minli karena telah melepasnya, ikan mas memberi petunjuk kepada Minli agar gadis kecil itu bisa bertemu Kakek Rembulan. Di malam berikutnya, setelah menulis surat untuk Ma dan Ba, dengan mengendap-endap, Minli meninggalkan rumah, dengan buntal perbekalan yang dianjurkan ikan mas. Dan, dimulailah petualangan Minli yang menakjubkan, demi menemui Kakek Rembulan di Gunung Tak Berujung.
kredit gambar |
kredit gambar |
Saya benar-benar terkejut karena sama sekali tidak menyangka sebelumnya, bahwa sebuah dongeng anak-anak bisa dituliskan dengan keputusan untuk mengambil resiko kreatif yang tidak mudah seperti upaya Grace Lin melahirkan kisah Minli ini. Dengan kosakata yang variatif dan kelas kata level menengah, anak-anak akan menemukan pengalaman membaca yang unik, tidak terlupakan, sekaligus mampu mengupgrade kecerdasan verbal mereka. Dongeng yang sangat estetis ini juga disisipi gambar-gambar ilustrasi yang cantik, yang akan melengkapi keindahan kisahnya, untuk mengayakan imajinasi anak-anak.
Dengan semua itu, saya menjadi terlampau asyik dengan hal-hal baru yang ditemukan Minli, dan nyaris lupa dengan tujukan an lain Minli menemui Kakek Rembulan selain menanyakan perihal peruntungan keluarganya. Saya pikir, nampaknya Grace Lin juga terhanyut dengan keasyikan yang sama saat menuliskan dongengnya. Tapi tentu saja saya salah. Karena Grace Lin sudah memperhitungkan setiap detil dengan cerdik dan teliti. Kisah ini, kemudian bermuara pada akhir yang, meski telah bisa kita duga gagasan besarnya, tetap saja mengejutkan, dan meninggalkan efek menghangatkan hati yang dalam dan tahan lama. Kisah ini seperti bergerak melingkar dalam satu putaran penuh. Minli bergerak dari satu titik, mengitari tempat-tempat baru untuk melihat dunia di luar rumahnya sambil memetik buah-buah kebijaksanaan, lalu pada akhirnya, dia kembali ke titik pijaknya yang semula dengan hati dan pikiran yang baru. Dan, seperti dongeng-dongeng lainnya, kisah Minli juga ditulis dengan misi pembaikan untuk anak-anak. Kisah ini akan membelajarkan anak-anak tentang keberanian, ketulusan, kebaikan hati, kesungguhan, persahabatan, kasih sayang, dan kesyukuran. Saya ingin menyimpan buku ini untuk anak-anak saya kelak, dan meminta mereka agar menyimpannya untuk anak-anak mereka, dan seterusnya, selamanya.
kredit gambar |
No comments:
Post a Comment