Judul buku: Cinta Sejati
Penulis: Guy de Maupassant
Penerjemah: Marcalais Fransisca
Jumlah halaman: 172 halaman
Tahun terbit:
April 2011 (pertama dipublikasikan tahun 1884)
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
ISBN13: 9789790243521
Para pria setuju bahwa gairah, seperti halnya penyakit, dapat menyerang orang yang sama beberapa kali, kecuali jika menyebabkan kematian. Kesimpulan ini sepertinya tak terbantahkan. Namun, para wanita yang pendaoat mereka lebih berdasarkan pada puisi daripada pengamatan oraktis, bersikukuh bahwa cinta, gairah menggelora, hanya akan datang sekali bagi setiap orang. Cinta semacam ini mirip dengan kilat, kata mereka. Hati yag disentuhnya menjadi selamanya hancur, berkeping-keping, musnah, sehingga tak aka nada lagi perasaan kuat lain yang mampu berakar di sana, bahkan mimpi sekalipun (hal. 7-8).
Ia bekerja hanya agar dirinya bisa meninggalkan sesuatu supaya pria itu mengingatnya setelah kematianya (hal. 14)
Demikianlah cerita pendek berjudul Cinta Sejati, yang dipilih untuk mewakili kesembilan buah cerita
pendek terbaik karya Guy De Maupassant dalam kumpulan cerita pendek ini. Cinta Sejati memiliki elemen yang lebih
kompleks sebagai sebuah cerita cinta. Di
samping itu, judul ini juga merangkum tema besar yang dilukiskan Maupassant
dalam delapan cerita pendeknya yang lain dalam buku ini, yang sekaligus harapan
agar kisah-kisah cinta ini kelak menyejati dalam kesusasteraan.
Cinta Sejati mengungkap
ironi jatuh cinta yang seringkali tidak masuk akal, penuh penderitaan, dan
terasa berbahaya. Maupassant juga mengetengahkan isu kelas sosial masyarakat
Perancis abad ke-18 dalam kisah cinta wanita penambal kursi dengan lelaki
terhormat dalam cerita ini. Betapa sang wanita harus merasakan penghinaan,
bahkan setelah kematiannya, hanya karena menjatuhcintai lelaki yang tidak
pantas berdasarkan anatomi kelas sosial di masyarakat yang melingkunginya
ketika itu.
Delapan cerita pendek Maupassant yang lain juga tidak
kalah unik dari Cinta Sejati. Maupassant
selalu menyembunyikan satu elemen pengecoh di setiap ceritanya, lalu
mengeluarkannya di waktu yang tepat untuk menimbulka efek kejut tertentu. Dalam
cerita kedua, misalnya, berjudul Seorang
Janda. Berkisah tentang seorang wanita tua yang mengisahkan cerita cinta
masa mudanya. Ketika seorang anak laki-laki yang baru beranjak remaja yang
begitu mencintainya dan rela bunuh diri demi dirinya. Seorang anak laki-laki
dengan kondisi kejiwaan yang, secara mengejutkan, sangat rapuh dan memiliki
obsesi cinta yang aneh.
Suatu malam di taman dia berlutut di kakiku dan, sambil menggebu-gebu menciumi ujung gaunku, dia mengatakan berkali-kali, ‘Aku cinta kepadamu! Aku cinta kepadamu! Aku cinta kepadamu! Jika sampai kau menipuku, jika sampai kau meninggalkanku demi pria lain, aku akan melakukan apa yang dilakukan ayahku.’ Lalu dia menambahkan dengan suara serak, yang membuatku merinding, ‘Kau tahu apa yang dilakukannya!’ (hal. 23).
Dalam cerita ini, Maupassant menyingkap sisi tidak
terbayangkan dari seorang anak.
Cerita lain yang juga menarik perhatian saya adalah
kisah berjudul Perhiasan Palsu. Berkisah
tentang seorang pegawai pemerintah kecil bernama Monsieur Lantin yang menikahi
seorang gadis putri seorang petugas pajak propinsi, yang sederhana, terhormat,
baik hati, dan tenang.
Gadis muda itu merupakan gmabaran sempurna wanita baik-baik yang membuat pria-pria muda ingin memercayakan kebahagiaan mereka di tangannya suatu hari nanti. Kecantikannya yang sederhana memancarkan pesona keanggunan memikat, dan senyum misterius yang selalu tersungging di bibirnya menggambarkan jiwanya yang murnu dan menawan (hal. 38).
Monsieur Lantin dan istrinya hidup bahagia. Namun,
bagaimanapun juga, ada juga hal yang tidak disukai Monsieur Lantin dari
istrinya: kegemarannya menonton teater dan membeli perhiasan palsu. Tampaknya,
kegemaran istrinya pada teater membuatnya memperhatikan perhiasan seperti yang
dilihatnya pada perempuan-perempuan berperhiasan dalam drama. Kebiasaan it
uterus berlanjut hingga ketika Nyonya Lantin jatuh sakit dan meninggal dunia. Monsieur
Lantin menjadi sangat berduka. Pendapatannya yang pas-pasan—yang biasanya selalu
cukup dalam pengaturan istrinya—tidak lagi cukup dalam pengaturannya sendiri. Dia
mulai berutang dan lambat laun jatuh miskin. Karena terdesak kebutuhan ekonomi,
Monsieur Lantin memutuskan menjual perhiasaan-perhiasan imitasi peninggalan
istrinya. Tapi ternyata, perhiasan-perhiasan tersebut berharga sangat mahal. Sehingga
Monsieur Lantin berubah menjadi orang kaya dalam sekejap.
Ini adalah sebuah cerita pendek yang menarik bagi saya,
yang berakhir dengan sebuah awal yang baru—dengan teka-teki tentang istri
Monsieur Lantin. Saya menyukai cara Maupassant menciptakan riak dari satu
ketenangan yang wajar. Dan, misteri di akhir cerita menjadi terasa menyenangkan
untuk diterka dengan segala ragam kemungkinan tentang apa-yang-sebenarnya-terjadi.
Masih tentang perhiasan palsu, ada satu cerita pendek
yang mirip dengan Perhiasan Palsu, yang
juga menarik perhatian saya, berjudul Kalung
Berlian. Cerita ini berkisah tentang seorang wanita muda cantik dari keluarga
sederhana, bernama Mathilde, yang menikah dengan seorang pegawai pemerintah
biasa berpenghasilan rendah. Mathilde selalu merasa bahwa dia pantas untuk
menikmati hidup yang mewah dan bukannya tinggal di rumah kumuh dengan dinding
polos dan kursi reyot. Lalu suatu hari, suaminya pulang dari kantor dengan
sebuah amplop besar untuk istrinya. Sebuah undangan terbatas yang tidak selalu
diberikan kepada seorang pegawai rendah seperti Monsieur Georges Ramponneau. Mathilde
memberi tahu suaminya bahwa dia tidak mungkin pergi ke perjamuan itu tanpa gaun
baru dan perhiasan yang pantas. Maka Monsieur Ramponneau menguras tabungannya
untuk membeli gaun baru dan tidak menyisakan nominal yang cukup untuk
perhiasan. Mathilde akhirnya memutuskan untuk meminjam kalung berlian milik
temannya yang kaya. Mathilde menikmati pestanya. Dia menarik perhatian banyak
orang. Tetapi dia kehilangan kalung mahal pinjamannya, dan akhirnya
menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk mengganti kalung berlian mahal itu,
yang ternyata, hanya kalung berlian imitasi.
Maupassant tampaknya tertarik mem-portrait sisi-sisi rumit dari perempuan muda di zamannya, dalam
cerita-cerita pendek karangannya. Perempuan-perempuan cantik dengan keluguan
yang berbahaya, dengan sisi-sisi tersembunyi yang selalu tidak bisa diraba,
hanya dapat terkuak dengan mengejutkan, tanpa peringatan. Maupassant,
menjabarkannya dengan sindiran dan ironi yang selalu dapat ditertawakan.
Gadis itu adalah salah satu makhluk belia yang cantik dan memesona yang terkadang terlahirm seolah tanpa sengaja, dalam keluarga pegawai rendahan. Ia tak punya mas kawin, tak punya harapan, tak ada kemungkinan untuk dikenal, dipahami, dicintai, dan dinikahi oleh pria kaya atau terhormat. Jadi, ia menerima ketika dinikahi oleh pegawai biasa yang bekerja di Kementrian Peraturan Umum (hal. 48).
Selain ketertarikannya untuk mengungkap kesenjangan yang
lebar antarkelas sosial di zamannya, Maupassant juga mengisahkan cerita-cerita
cintanya dalam kanvas masa perang Perancis-Prusia. Dalam kumpulan cerita pendek
ini, ada dua cerita yang berlatar belakang perang: Mademoiselle Fifi dan Boule
de Suif.
Mademoiselle Fifi berkisah
tentang tentara-tentara Prusia yang sedang menduduki Perancis, ketika mereka sedang
bosan, dan sedang menginisiasi sebuah acara bersenang-senang ala tentara. Mereka
lalu membuat granat, meledakkan tempat mereka bersantai hingga menghancurkan
beberapa benda, lalu mengutus seorang tentara berpangkat rendah untuk mencari
perempuan-perempuan yang dapat menemani mereka melewati waktu membosankan
mereka. Tentara-tentara itu berperangai buruk, memperlakukan
perempuan-perempuan bayaran mereka dengan tidak manusiawi, sehingga memancing
kemarahan mereka. Namun, hanya satu perempuan yang berani melawan secara fisik.
Perempuan itu bernama Rachel, gadis yahudi bertubuh pendek, berkulit gelap, dengan
mata sehitam tinta. Merasa marah karena merasa tidak terima negaranya
dilecehkan oleh Mademoiselle Fifi, Rachel menikam leher lelaki bengis itu
dengan sebilah pisau.
Ini adalah cerita pendek surealis Maupassant yang cukup
menarik. Tidak seperti cerita-cerita pendeknya yang lain yang mengetengahkan
tokoh-tokoh dengan fitur fisik yang menarik dan rupawan. Maupassant menciptakan
karakter-karakter biasa yang tidak menarik secara fisik. Tokoh yang dijadikan judul
kisah ini pun bukanlah tokoh utama. Dia seperti dipilih untuk menjadi simbol antiheroik
kisah ini yang kelak akan menegaskan pesan yang disuratkannya di akhir cerita. Bagaimana
sikap patriotik gadis biasa—yang tidak mendapatkan tempat terhotmat di kalangan
masyarakat berbudaya—menemukan cintanya.
Kisah Mademoiselle
Fifi ini juga mengingatkan saya pada cerita terakhir dalam kumpulan cerita
Maupassant ini: Boule de Suif. Keduanya
memiliki kemiripan dalam beberapa hal: sama-sama berlatar masa pendudukan tentara
Prusia di Perancis, dan menempatkan wanita
penghibur sebagai heroin.
Boule de Suif ini
adalah cerita terpanjang dalam kumpulan cerita pendek Maupassant ini. dan oleh
sebab itu, meski kisah ini tetap saja dilabeli cerita pendek, secara personal, saya menganggapnya sebuah novela. Konon,
kisah ini terinspirasi oleh Maupassant ketika dirinya tergabung dalam
kemiliteran.
Boule de Suif mengisahkan
dua belas pelarian yang meninggalkan kota mereka akibat pendudukan tentara
Prusia. Dua orang saudagar kaya beserta istrinya, dua orang politisi beserta
istrinya, dua orang biarawati, seorang lelaki terhormat yang ditakuti para
politisi, dan seorang wanita penghibur kelas atas yang dijuluki Boule de Suif—yang
berarti ‘Bola Lemak’. Kereta mereka ditarik empat ekor kuda yang berjalan sangat
lamban. Sejak awal, para wanita di dalam kereta itu, kecuali dua biarawati dan
Boule de Suif, sudah terjalin obrolan hangat dan segera berkawan baik. Dan karena
mereka mengetahui reputasi Boule de Suif dengan baik, mereka segera resmi
memusuhinya.
Perjalanan kereta kuda para pelarian segera menjadi di
luar batas toleran semua penumpangnya. Para penumpang kaya raya yang berharap
agak kereta tumpangan itu segera tiba di sebuah penginapan atau kedai, mulai
merasa kelaparan. Satu-satunya yang merasa tentang hanya Boule de Suif. Perempuan
itu memiliki perbekalan yang melimpah. Tapi kemudian, karena kedermawanannya,
perbekalan itu segera tandas oleh penumpang-penumpang lain, yang sebagian
besarnya, hanya beramah tamah demi mendapatkan perbekalan itu.
Boule de Suif adalah
cara Maupassant menyuarakan kemanusiaan, kebenaran, patriotisme, dan penjagaan
akan kehormatan, lewat tokoh non-putih. Klimaks dari kisah ini adalah bagian
paling emosional sekaligus paling kuat. Yakni, ketika kereta kuda para
saudagar, politisi, dan biarawati ditahan oleh tentara Prusia, sehingga
membutuhkan pengorbanan seorang wanita seperti Boule de Suif. Mengorbankan martabat
dan nama baiknya di hadapan musuh, Boule de Suif yang oleh penumpang kereta
kuda lainnya disebut sebagai wanita
murahan, skandal publik, telah menyelamatkan mereka semua. Dengan kehinaan
dirinya, atas nama kemanusiaan dan pengorbanan yang sudah menjadi keharusan
untuk dilakukan seorang wanita di dunia ini.
Dari Sembilan cerita pendek dalam buku ini, novela Boule de Suif ini adalah karya
Maupassant yang paling matang. Dituliskan dengan detil yang memikat, narasi yang intens, dengan ironi yang tajam sekaligus humoris, dan seperti biasa, akhir yang tidak terduga. Berbicara tentang cinta, Maupassant cukup berhasil mengungkapkan realita dalam kesenjangan antarkelas sosial dan perang, dengan tanpa basa-basi. Ini sebuah bacaan klasik yang sarat isu dan menghibur dengan kritis.
kredit gambar |
Reviewnya sangat menarik dan mendalam :) Saya suka kumpulan cerpen ini dan Maupassant tahu cara menulis cerita yang sulit untuk dilupakan :)
ReplyDeleteTerima kasih kunjungannya, Mbak Citra ^_^
DeleteKekuatan Maupassant, saya kira, seperti kekuatan yang dimiliki maestro sastra lainnya, adalah upayanya untuk mengetengahkan konteks sosuio-humanis dalam karya-karya mereka. Bukan sekadar cerita yang memiliki alur dan berakhir mengejutkan :)