Judul buku: Lips Touch Three
Times
Jumlah halaman: 385 halaman
Penulis: Laini Taylor
Penerjemah: Melody
Violine
Editor : Olga Dories
Tahun terbit:
Februari 2012 (Dipublikasikan pertama kali tahun 2009)
Penerbit: Heart (Ufuk
Publishing House)
Lips
Touch Three Times merupakan omnibook berisi 3 buah
novela. Ketiganya mengisahkan tentang tiga ciuman penentu tiga kisah cinta
berbeda: Kutukan Kecil, Buah Goblin, dan Menetas. Kutukan
Kecil berkisah tentang ciuman yang menghidupan kutukan dari dasar neraka.
Seorang gadis cantik bernama Anamique yang suaranya dapat membunuh makhluk
hidup yang mendengarnya. Maka Anamique tak pernah mengeluarkan suara sejak
bayi. Hingga suatu ketika, ia jatuh cinta pada seorang pemuda menciumnya dan
menginginkan jawaban "ya" dari Anamique sambil memperdengarkan
suaranya. Anamique lalu mempercayai perkataan James, bahwa tak ada kutukan di
dunia ini. Maka Anamique pun bernyanyi.
Suaranya adalah yang terindah yang
pernah didengar manusia maupun iblis neraka, Vasudev. Tapi James salah besar.
Vasudev benar ada, pun kutukannya. Anamique melihat kekasihnya dan keluarganya
juga semua undangan dalam pestanya roboh ke tanah. Dan dengan segera, jiwa-jiwa
mereka terbang ke neraka.
Buah
Goblin, berkisah tentang seorang gadis tidak
menarik bernama Kizzy. Kizzy adalah gambaran kebanyakan remaja di masa modern.
Tidak menarik namun mendambakan pemuda tampan untuk menjadi kekasihnya. Gadis
seperti Kizzy selalu menarik perhatian para Goblin. Jika gadis-gadis itu
tergoda untuk memakan Buah Goblin, maka mereka hanya menunggu waktunya untuk
menyusut, lalu mati. Suatu hari, seorang pemuda tampan masuk ke sekolah Kizzy.
Anehnya, ia hanya tertarik pada Kizzy. Ciumannya yang manis membuat Kizzy tidak
bisa mengendalikan dirinya. Bahkan jika ia harus memakan Buah Goblin. Kizzy tak
menolak buah itu. Ia melanggar pesan neneknya dan mengabaikan kenyataan bahwa
ia sedang jatuh cinta pada Goblin yang menyamar.
Lalu
Menetas, adalah novela yang lebih panjang dari 2 novela lainnya. Menetas
menceritakan kisah cinta seorang Naxturu bernama Mihai--bangsa Serigala
beradab--dengan sang Ratu Iblis Druj. Baik Naxturu maupun Druj adalah jiwa-jiwa
yang hidup abadi. Tak pernah menua dan mati. Sekilas, kisah ini akan
mengingkatkan pembaca pada Serial laris Twilight. Namun, keduanya jelas adalah
cerita yang sangat berbeda. Terutama bahwa jiwa-jiwa abadi ciptaan Laini Taylor
justru merasakan kebosanan yang membunuh karena harus menjalani hidup yang
selama-lamanya. Mihai yang tidak menerima ketetapan keabadiannya, mengerahkan
segenap kemampuannya untuk menemukan cara agar ia bisa merasakan sifat-sifat
manusiawi yang menurutnya indah. Manusia merasakan cinta, hingga dengannya
mereka memiliki keturunan. Para perempuan memiliki kehidupan yang luar biasa di
dalam dirinya. Dan sepasang kekasih bisa hidup dengan menyenangkan dan berbagi
cinta. Lalu Mihai, dengan kemampuan alami para Druj yang bisa merasuki manusia,
menemukan cara untuk terlahir sebagai manusia. Mihai memilih sebuah tubuh yang
bisa melahirkannya, tepatnya menetaskannya sebagai jiwa yang mortal. Dengan itu
Mihai pernah merasakan hidup. Ia menikah dengan Ratu Druj dan memiliki anak
kembar. Tapi setelah mereka mati, mereka kembali menjadi Druj yang
imortal. Mihai yang putus asa, mencoba menemukan tubuh yang bisa mengandung
sang Ratu agar dapat kembali menetas. Dan terpilihlah seorang gadis manusia
bernama Esme. Gadis yang cantik dan berambut semerah darah yang amat panjang.
Tapi menetaskan iblis adalah sebuah derita tak tertahankan. Dan tak seorang pun
ingin menanggung mimpi-mimpi buruk dan merasakan kesakitan tak tertanggungkan
dalam hidupnya.
Lips
Touch Three Times bercerita dengan magis sehingga
menjelma sebuah dongeng yang memesona orang dewasa. Laini Taylor tak
ubahnya seorang penyihir. Yang setiap diksinya menciptakan pusaran besar dan
kuat untuk menarik pembacanya masuk ke dalam dan bertualang bersama tokoh-tokoh
ciptaannya. Saya tidak pernah menyangka jika orang dewasa di abad modern
ini—yang dijejali dengan cerita-cerita popular bernuansa urban—masih dapat
menikmati dongeng yang dituliskan untuk mereka. Ketiga novela ini tidak
diceritakan dengan semangat membual semata. Sebenarnya, ketiganya
memiliki misi-nya masing-masing. Dan begitulah dongeng diciptakan.
Awalnya, untuk mendidik anak-anak. Menyisipkan nasehat untuk anak-anak nakal.
Tapi buku ini bukan dongeng untuk anak-anak, melainkan remaja dan orang dewasa
muda. Kutukan Kecil merupakan semacam peringatan bahwa hal-hal yang tak
terlihat dan tak terdengar bukan berarti tak pernaha da. Kisah ini seolah ingin
menegaskan keniscayaan perkara-perkara gaib. Lalu Buah Goblin adalah
sebuah peringatan kepada para gadis remaja yang tidak pernah merasa puas akan
dirinya dan berangan-angan terlalu tinggi. Sedang Menetas adalah sebuah
nasihat tentang waktu. Bahwa kehidupan yang singkat bukanlah tembok untuk
meratapi usia yang tak kekal. Karena tiada yang lebih indah dari kehidupan
manusiawi yang diciptakan dengan segala hal yang akan membuat yang tak
pernah hidup merasa iri.
Kredit gambar di sini |
aku juga jadi penasaran nih sama karya2nya yang lain. eh iya kimnbener sepertinya ada ketidakpasan dalam penerjemahannya. kerasa banget pas bagian menetas, agak gimanaa gitu ya...
ReplyDeleteIya, Mbak. Atau memang sudah "rasa bahasa"-nya Laini taylor yang memang unik. Tapi secara keseluruhan, penerjemahannya sudah cukup baik. Seperti Mbak Sarah, saya juga penasaran dengan bukunya yang lain yang sudah diterjemahkan di Indonesia. Saya ingin mencoba baca karyanya yang diterjemahkan Gramedia, dan membandingkan langsung penerjemahannya ^_^
Delete