Judul
buku: Nightingale's Crook
Jumlah
halaman: 330 halaman
Penulis:
Wiryanti Septiani
Editor
: Misni Parjiati
Tahun
terbit: Desember 2013
Penerbit:
De Teens (Diva Press)
Alarish Haines telah jatuh cinta
kepada Archie sejak mereka bertemu di universitas. Padahal saat itu, Alarish
telah memiliki kekasih. Archie pun dekat dengan banyak gadis. Meski begitu,
Archie tetap memberi perhatian khusus kepada Alarish. Lalu tibalah saat di mana
mereka harus menjalani pilihan hidupnya masing-masing. Archie menikah dengan
seorang gadis yang mudah menangis bernama Abigail, yang ditemuinya di bukit,
dan memiliki tiga orang anak. Setelah kematian Abigail, Archie kembali
mendatangi Alarish. Lalu Alarish meninggalkan kekasihnya, Emil, demi Archie.
Emil bertemu Liddy, gadis yang ceria dan jujur, lalu menjalin kasih dengannya. Namun, Emil kemudian menghilang begitu saja. Meninggalkan Liddy yang masih mencintainya. Bertahun-tahun kemudian, mereka berempat: Alarish, Liddy, Archie, dan Emil, bertemu di Nightingale's Crook. Penginapan sekaligus rumah milik Archie. Kisah cinta segi empat mereka pun terurai di sana.
Kisah dimulai dengan obrolan antara
Archie dan puteri-puterinya yang sedang mendengarkan dongeng darinya, lalu
dalam sekejap, adegan meloncat pada pertemuan Liddy dan Alarish di galeri yang
sedang memamerkan lukisan Blair Wilden--pelukis yang dikagumi Liddy. Inilah
awal mula saya menyadari, bahwa pengisahan Nightingale's Crook akan bermain
dalam teknik jumping yang mengasyikkan. Teknik ini tampaknya dipilih
penulis untuk mengecoh pembaca tentang, siapa tokoh utama dan konflik jenis apa
yang akan tersaji di buku ini. Saya bermain dengan dugaan itu sepanjang
perjalanan saya membaca Nightingale's Crook. Dan ya, saya terkecoh. Bukan jenis
terkecoh yang menyenangkan, tentu saja. Menemukan tokoh dengan karakter yang loveable
dan telah berempati sangat dalam kepadanya, namun ternyata dia bukanlah
tokoh utama. Atau, dia memang tokoh utama, namun hanya memiliki sedikit porsi
pengisahan. It's a mistery!
Nightingale’s Crook adalah novel
pemenang Lomba Novel Romantik Inspiratif yang diadakan penerbit Diva Press.
Dituturkan dengan piawai oleh Wiryanti Septiani, dengan detil yang cermat dan
sarat emosi. Dengan berani penulis bermain dengan dua jenis sudut pandang.
Sudut pandang orang kedua saat mengisahkan Archie, dan sudut pandang orang
pertama saat mengisahkan Alarish dan Liddy. Mengejutkan, karena penulis cukup
berhasil memberi warna yang berbeda untuk pengisahan karakter-karakter
tersebut. Sayangnya, porsi kisah keempat tokohnya timpang. Liddy hanya memiliki
sedikit porsi pengisahan, sedang Emil sama sekali tidak dikisahkan lewat sudut
pandang tersendiri, padahal keduanya adalah tokoh penting yang sangat
mempengaruhi alur cerita. Kedua tokoh tersebut bahkan diilustrasikan pada
sampul novel ini, sehingga terkesan seperti tokoh utama.
Wiryanti Septiani mengisahkan
Nightingale's Crook dalam latar Inverness dipadu keindahan Sungai Ness tanpa
tergoda mendikte pembaca dengan banyak informasi khas artikel perjalanan. Itu
sebuah nilai plus. Drama Nightingale's Crook yang emosional berpadu harmonis
dengan keindahan latar dan detail deskripsi yang memukau. Sayangnya, pergeseran
konflik yang terlalu tajam dan mendadak beresiko membuat pembaca kehilangan
koneksi dengan alur cerita dan harus sesekali menelan kecewa. Dengan pengantar
cerita yang seolah menjanjikan roman cinta yang rumit, pembaca tentu telah
menduga-duga konflik segi empat Liddy-Alarish-Archie-Emil kemudian. Namun
setelah kisah berpindah latar ke Nightingale's Crook—di mana konflik memuncak,
konflik beralih pada drama keluarga Archie. Banyaknya porsi konflik yang
dijejalkan pada cerita tersebut akan membuat pembaca seringkali kehilangan arah
dan harus berbalik untuk menemukan pegangan yang tepat, sebelum akhirnya
kembali melanjutkan cerita. Namun demikian, Nightingale’s Crook adalah roman
yang mampu memikat pembaca dengan gaya penceritaannya. Sebuah kisah yang indah
tentang cinta yang harus berakhir bahagia, meski terasa menyakitkan pada
awalnya. Dan Nightingale’s Crook adalah rumah yang menyimpan peta menuju jalan
kebahagiaan itu. Sebuah rumah untuk banyak cinta.
No comments:
Post a Comment