Pages

Thursday, March 13, 2014

Dapur Penulis #1 [Bincang Bersama Hengki Kumayandi]

Kredit gambar di sini

     Beberapa jam lalu, saya berbincang virtual dengan seseorang yang baru saja ikut meramaikan dunia perbukuan tanah air. Hengki Kumayandi. Founder Kelas Online Bimbingan Menulis Novel ini baru saja kembali ke tanah air setelah menetap di Malaysia selama beberapa waktu. Saya berhasil mencuri waktunya dan bertanya ini-itu seputar novel perdananya: Tell Your Father, I am Moslem.

      Yuk, ikutin saya mengubek-ubek dapur kreatif Kak Hengki. Di akhir obrolan nanti, bakal ada giveaway satu buah buku Tell Your Father, I am Moslem, lho! So, stay tune! :)

Amaya Kim: Tell Your Father, I am Moslem. Judul yg meski agak panjang tapi catching interest, gimana sih awal novel ini lahir?

Hengki Kumayandi Full: Awal nulisnya hanya sebuah ide sederhana yang terlintas di kepala. Kebetulan waktu itu yang terlintas adalah sebuah kata 'Bilang ayahmu, aku seorang muslim'. Nah dari sanalah semuanya akhirnya mengalir.

Amaya Kim: Jadi idenya datang dari sepotong kalimat itu ya, Kak? Bukan langsung berupa premis atau pengalaman teman-teman terdekat?

Hengki Kumayandi Full: Iya. Bukan dari premis. Ajaibnya setelah kalimat itu mucul di kepala justru itu jadi bahan premisnya, dan saya padukan dengan pengalaman-pengalaman teman terdekat untuk acuan ceritanya.

Amaya Kim: Unik juga, ya. Lalu, berapa lama naskah ini digarap? Ada kendala nggak, selama tahap penyelesaiannya?

Hengki Kumayandi Full: Naskah awalnya saya tulis di note facebook. Saya tag teman-teman dekat saya. Melihat semangat dan antusias mereka membacanya membuat saya semangat menyelesaikannya sampai akhir. Setelah itu, ada ide untuk menjadikan naskahnya dalam bentuk ebook melalui komunitas proyek nulis buku bareng. Di sanalah novel ini diunduh lebih dari 1500 pengunduh. Dan ternyata banyak juga komentar positif dari pembaca. Akhirnya sebuah penerbit bersedia mencetaknya secara nasional. Ya, walalu banyak yang harus direvisi dan dirombak, akhirnya sampai saat ini novel ini bisa ditemukan di seluruh toko buku Indonesia.

Amaya Kim: Kalau boleh tahu, proses itu berlangsung berapa lama, Kak?

Hengki Kumayandi Full: Dari menulis hingga menjadi novel seperti ini butuh waktu bertahun-tahun. Dimulai tahun 2009 sampai 2014.

Amaya Kim: Kembali soal cerita TYFIAM, genrenya kan teenlit reliji ya, Kak? Berkisah tentang perbedaan keyakinan. Apa sih yang membedakan novel ini dengan novel sejenis dengan tema besar yang sama?

Hengki Kumayandi Full: Bedanya mungkin dari segi penuturan ceritanya yang sebisa mungkin untuk tidak mengandung SARA dan walau temanya berat, tetapi saya usahakan yang berat itu sebisa mungkin mudah dicerna pembaca dan diterima pembaca.

Amaya Kim: Hal menarik lainnya dari TYFIAM ini adalah latarnya. Amerika Serikat. Dan tokoh utamanya multikultur. Amerika dan Timur Tengah. Sama sekali tidak ada unsur Indonesianya. Hal yang jarang dilakukan penulis Indonesia. Mengapa bisa begitu?

Hengki Kumayandi Full: Ya, sebenarnya setiap kali saya hendak menulis baik novel maupun cerpen, saya jarang membuat konsep awal. hanya berpatokan pada ide yang ada di kepala. Jadi, apa yang saat itu ada di kepala itulah yang saya tuliskan. Saya harus setia sama apa yang diinginkan imajinasi. Kebetulan saat itu di kepala saya hanya ada latar Amerika dan Timur Tengah, hanya ada tokoh multikultur. Jadi, itulah yang saya tulis. Ternyata membiarkan imajinasi mengalir selama proses penulisan draf pertama itu menyenangkan. Seperti hidup bebas tanpa kekangan. Nah, ketika draf pertama sudah jadi, baru saya revisi. Biasanya dengan bantuan first reader. Masa ini ibarat masa di mana kita berintropeksi diri atas kesalahan yang kita buat selama hidup.

Amaya Kim: Nah, pertanyaan terakhir. Apa sih yang pengin Kak Hengki sampaikan dari TYFIAM ini?

Hengki Kumayandi Full: 1. Sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika Allah sudah berkehendak; 2.Tidak semua kehidupan remaja itu mengikuti tren masa kini, di balik semua itu masih ada yang begitu kuat menjaga akidah walau harus berjuang sekuat tenanga melawan masa kelabilannya; 3. Dalam menghadapi perbedaan, yang mampu istiqomah di jalan-Nya lah yang akan kuat dan tidak terpengaruh untuk menjaga keimanannya, serta iman yang kuatlah yang bisa menghargai arti sebuah perbedaan tanpa harus terpengaruh; 4. Cinta itu suci, tetapi bagaimanapun kita harus tetap menjaga kesuciannya.

Amaya Kim: Terima kasih buat bincang-bincangnya, Kak. Semoga novel debutnya sukses, dan Kak Hengki bisa terus nulis dengan produktif.

      Yeah, jadi, begitulah proses bincang-bincang singkat saya dengan Kak Hengki Kumayandi. Saya berharap bisa berbincang lebih lama, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa saya tinggalkan, dan terpaksa menutupnya sampai di sana. Sekarang, saatnya saya menepati janji. Saya punya 1 buah  Tell Your Father, I am Moslem untuk satu orang pemenang yang beruntung. Jadi, silakan isi form ini, yasetelah membereskan syarat-syarat berikut:

Jawaban ditunggu sampai 31 Maret 2014, dan pemenang akan dihubungi tanggal 1 April melalui email peserta.


I'll wish you guys the best luck! Dan sampai ketemu di Dapur Penulis berikutnya! :)



 PROFIL HENGKI KUMAYANDI






         Hengki Kumayandi aktif menulis cerpen yang telah dimuat di beberapa media nasional seperti Malang Post dan Radar Banten. Hengki Kumayandi telah menulis puisi dan cerpen untuk beberapa antologi dan novel online Tell Your Father that I am Moslem (2009) dan Van Loon (2012). Setelah Tell Your Father, I am Moslem yang terbit Februari 2014, kini Hengki tengah menunggu proses cetak dua novel terbarunya. Hengki Kumayandi dapat disapa dan diajak berbagi melalui akun twitternya : @HengkiKumayandi

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...