Pages

Saturday, September 28, 2013

Jika Putih dan Hitam Tak Lagi Beda

Cr: Self documentation
Book title: ANDANTE (Part 1: The Fallen Wings)
Page: vii+286 pages
Author: Ida R. Yulia
Editor: Anna E.D & Anin Patrajuangga
Year Published: 2013
Publisher: Grasindo

Kyuhyun yang baru belajar mengepakkan sayap tiba-tiba mendapati sayap putihnya berubah hitam. Padahal ia adalah seorang White Ave, pemakan makanan manusia normal. Jjambbong, ayam, sup, es krim. Tapi setelah menjadi Black Ave, ia harus memakan jantung manusia untuk bertahan hidup. Pada saat yang sama, ia harus meninggalkan kakak-kakak asuh yang teramat ia sayangi.
Ia mengenal Leeteuk, Hangeng, Donghae, Sungmin, Ryeowook, di masa kanak-kanaknya yang sebatangkara. Sementara itu, Hangeng yang telah menjadi Black Ave, mengincar Kyuhyun untuk memusnahkannya karena dianggap berbahaya bagi kelangsungan hidup kaum Ave.
Bagaimana kehidupan Black Ave Kyuhyun selanjutnya?
Sudah cukup lama saya memendam rasa penasaran terhadap karya-karya fiksi penggemar yang meramaikan dunia perbukuan tanah air. Beruntung, GPU memercayakan Andante untuk saya review.
Blurb buku ini menjanjikan kisah berwarna Angst , yakni sebuah genre dalam dunia fiksi penggemar yang digunakan untuk melabeli jenis cerita fanfic dengan tokoh utama yang mengalami pergulatan batin yang berat, rumit, bahkan depresif, bersentuhan dengan kematian, namun dapat bertahan di tengah arus emosi yang superdahsyat. Namun, mengingat bahwa ini adalah buku pertama dari sebuah kisah dwilogi, sedikit banyak, saya meragukan poin-poin intrinsiknya. In the end, saya menemukan bahwa saya benar dalam banyak hal, dan hampir tidak salah sedikit pun.
Andante adalah fiksi penggemar bergenre fantasy pertama yang saya baca. Beberapa tahun silam, saya adalah penikmat fiksi penggemar grup idola Korea. Sebagian besar fiksi penggemar ditulis dalam genre romance dan bromance (brother romance). Sehingga Andante yang menawarkan kisah makhluk-makhluk bersayap sangat menarik perhatian saya.
Dikisahkan, kaum Ave, yakni makhluk-makhluk mirip manusia yang bersayap terpecah dalam dua kubu, Putih dan Hitam. Kubu Putih hidup dengan gaya manusia normal, sedang Hitam, hidup sebagai pemangsa manusia. Maka manusia yang menyadari keberadaan makhluk ini, memburu mereka untuk dilumpuhkan dengan sebuah serum bernama Pureness yang membuat Ave dapat kehilangan kemampuan istimewa-nya, lumpuh, dan bahkan dapat musnah. Sayangnya, tak ada narasi yang mengisahkan sejarah terciptanya kaum Ave ini dan bagaimana mereka mendiami bumi yang sama dengan manusia. Hingga buku berakhir, tak ada kejelasan mengenai awal mula klasifikasi Putih dan Hitam dalam ras Ave. Apakah semua Ave tercipta White dengan potensi menjadi Black, ataukah sejak awal mereka telah diciptakan berbeda dan bermusuhan? Terlalu lama bagi pembaca jika mereka harus menunggu buku kedua untuk menemukan jawaban dari teka-teki ini. Tidak bisa saya pungkiri, saya menyukai premis Andante. Meski dalam beberapa aspek, premisnya mengingatkan saya pada kisah mutan-mutan dalam serial X-Men. White Mutant asuhan Prof. X yang--dalam cerita ini mirip dengan karakter Leeteuk--ikut dimusuhi manusia karena kenakalan-kenakalan yang dilakukan Black Mutant pimpinan Magneto--yang dalam cerita ini mirip dengan karakter Hangeng. Keheranan saya tidak terpuaskan jika mengingat transformasi tokoh Hangeng sang Black Ave, yang awalnya bersahabat karib dengan Leeteuk, pimpinan White Ave. Saya berasumsi, mulanya Hangeng adalah seorang White Ave.
Andante menampilkan banyak sekali tokoh. Mengetahui bahwa Kyuhyun menjadi fokus utama dalam kisah ini, saya yakin bahwa ini adalah fiksi penggemar Super Junior. Tapi sepertinya saya keliru (ini satu-satunya kekeliruan saya dalam menerka Andante). Kita akan menemukan Dong Bang Shin Ki di sini, bahkan Lee Soo Man, sang CEO SM Entertainment--manajemen di mana Super Junior dan Dong Bang Shin Ki bernaung, Taeyeon (member girlband Girls Generatiion), Song Qian (member girlband f(x)], Jay "Typhoon" Kim (member idol rock group Trax), dan beberapa yang lainnya. Saya pun mengerti, bahwa ini adalah fiksi penggemar SM Entertainment.
Masih mengenai banyaknya tokoh dalam Andante yang hadir dengan problemanya sendiri-sendiri, ini membuat sang fokus utama, Kyuhyun, tenggelam di tengah kepentingan tokoh-tokoh lain yang tampil untuk menceritakan masalahnya masing-masing, dan kemudian tak selesai. Sehingga Andante Part 1 ini terkesan sebagai buku yang baru memperkenalkan tokohnya yang segudang dengan permasalahan masing-masing. I really wish that I could read the next part to watch them solve those stuffs. Banyaknya tokoh ini membuat cerita tidak fokus dan melompat-lompat. Sejak awal membaca, mindset saya sudah terbentuk untuk memfokuskan imajinasi saya pada Kyuhyun, sang White Ave berkarakter lucu. Dia adalah White Ave termuda yang baru belajar terbang dan alergi pada anjing. Namun hadirnya karakter-karakter lain seperti Jaejoong, Kyuhyun, Hyukjae, Yesung, dll, yang terlibat dalam dialog-dialog panjang yang tidak begitu memengaruhi perkembangan alur cerita, membuat konflik utama cerita ini hampir terupakan. Penulis tampaknya asyik sendiri dengan imajinasi seorang fan-girl yang membayangkan tokoh-tokoh idolanya saling usik dan goda dalam tingkah pola yang lucu, atau akur satu sama lainnya, dan mulai melupakan tujuan awalnya: menyelesaikan konflik tokoh utamanya. Karakter tokohnya pun terasa feminin. Aneh rasanya, membayangkan Yunho menyentuh pipi Kyuhyun dengan lembut atau mencium keningnya.
Andante disajikan dengan plot yang renggang. Padahal dengan banyaknya tokoh dan kompleksitas konflik, ruang sesempit buku berjumlah halaman 280-an ini idealnya bisa menyajikan cerita yang padat. Namun, penulis memilih untuk menuliskan banyak dialog untuk memuaskan sense of fan-girling yang menyukai sesi interaksi antaidola-nya. Sangat disayangkan.
Saat mengetahui bahwa karya fiksi penggemar lulus filter penerbit untuk dirilis, saya menduga-duga bagaimana ciri khas fiksi penggemar yang sejauh ingatan saya, memiliki pakem penulisan yang seragam di kalangan fan-girl/fan-boy. Dalam Andante, ciri khas itu tampil tanpa basa-basi. Sayangnya, itu bukan kabar baik. Meski hanya sebuah fiksi penggemar, tapi saya yakin, sebuah cerita berlatar Korea tetap tak boleh melupakan situasi psikologi masyarakat Korea yang riil yang akan tampak dalah gerak laku dan bahasa yang digunakan ketika berinteraksi dengan sekelilingnya. Misalnya, cara mereka saling memanggil satu sama lain, atau saling menasehati dengan kalimat-kalimat bijak. Hal-hal ini, dalam Andante, tampil dengan citarasa Indonesia, sangat khas fan-girl Indonesia. Misalnya, Siwon memanggil Taeyeon dengan "Tae", Donghae memanggil Kyuhyun dengan "Kyu", Sungmin yang dipanggil "Min", dll. Di Korea, panggilan tidak resmi kepada seseorang dilakukan dengan menyebut keseluruhan namanya, kecuali marganya. Maka Kim Tae Yeon  tetap akan dipanggil, "Tae Yeon ssi", atau "Tae Yeon ah!", Lee Dong Hae akan dipanggil "Dong Hae", dst. Penggunaan banmal (bahasa informal) dan condaetmal (bahasa formal) yang tercampur aduk juga cukup mengganggu kenyamanan membaca, terutama jika pembacanya cukup memahami aturan perbedaan penggunaan jenis level bahasa ini.
Finally, saya tidak bisa mengatakan bahwa saya tidak menyukai Andante sama sekali, meski saya juga tidak begitu menyukainya. Andante ditulis dengan baik dan rapi, membuat saya hanyut di suatu ketika, tertawa di ketika yang lain, sedih di tika berikutnya, dan sesekali merasakan emosi yang ditularkan penulis. Sayangnya, sebagai sebuah kisah Angst, Andante kehilangan banyak emosi karena upaya keras penulis untuk mendeskripsikan kemesraan tokoh-tokohnya. Ini berimbas pada porsi adegan action--antara White dan Black, juga Ave dan manusia--dan eksplorasi emosi tokoh-tokohnya.
Andante ingin menyampaikan kepada pembacanya, bahwa di dunia, ada hal-hal yang tak bisa dilabeli Hitam atau Putih hanya karena hal-hal ini memberi menfaat/kebaikan, atau membawamu pada masalah. Ida R. Yulia menyampaikan ini dengan baik melalui tokoh-tokohnya. Kyuhyun yang White, yang saat berubah menjadi Black, tak lantas melupakan persaudaraannya dengan Donghae. Yunho yang Black, sejujurnya tak pernah ingin melihat Kyuhyun berubah menjadi seperti dirinya, dan malah melindunginya dari Black lain yang ingin mencelakainya. Begitulah hidup, sejatinya, diciptakan. Tak ada yang benar-benar Putih atau Hitam. Yang ada hanya warna-warna. Kau berpotensi menjadi Putih, dan juga Hitam pada saat yang sama. Tapi yang bisa kautampilkan adalah Kuning, atau Biru, atau Merah, atau Hijau, atau Ungu. Caramu memperlakukan orang-orang di sekitarmu adalah warna-warna itu. Dan mereka akan menyebutmu Putih atau Hitam berdasarkan gelap dan terang yang sering mereka lihat tampil di wajahmu, atau terbias dalam senyummu, dan memantul dalam nada suaramu. 2.5 out of 5 stars anyway! Dan saya turut berbangga melihat penulis fiksi penggemar tumbuh menjadi seorang penulis muda berbakat.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...