Pages

Monday, February 29, 2016

[Update] Pemenang Blog Tour Giveaway Cinder (Buku #1 The Lunar Chronicles)


Dear Bibliophiles….
Terima kasih banyak atas partisipasi antusias Teman-Teman dalam meramaikan giveaway Cinder ini. Tampaknya Teman-Teman sudah diperhadapkan dengan pilihan yang pelik, ya ^_^ Tapi jawaban teman-teman sungguh mencengangkan saya. Saya jadi banyak merenung dan berpikir. Saya sendiri, pasti tidak akan memberikan jawaban yang bijaksana ketika diperhadapkan pada pilihan yang sama. Dan akhirnya, jawaban Teman-Teman membuat saya kebingungan menentukan pemenang :’). Tapi bagaimanapun, saya harus memilih satu dari sekian belas jawaban yang menarik ini.

Maka… selamat, untuk… Wening Purbawati! ^_^
Sila kirimkan nama lengkap, alamat, dan nomor ponsel Anda melalui surel saya: kimkkomaya[at]gmail[dot]com. Saya akan menunggu maksimal 2x24 jam sejak pengumuman ini diposkan. Jika Anda tidak mengirimkan data yang dibutuhkan dalam kurun waktu tersebut, saya akan memilih pemenang yang lain. 
Bagi Teman-Teman yang belum menang, sila mencoba lagi di dua blog host terakhir yang mengadakan giveaway Cinder ini, ya: Annisa Ay dan Bukunya & My Little World. Jangan berkecil hati, semangat mencoba lagi, dan, tunggu giveaway berikutnya dari Worth Reads ;)
My warm heart,

16 comments:

  1. good luck blogtournya :D semoga rame dan sukses :D

    ReplyDelete
  2. Nama: Vinia Dayanti
    Akun Twitter: @viniapurba
    Akun Instagram: @vdytp
    Link Share:https://twitter.com/viniapurba/status/703977967211315202?s=17

    "Jika kau diperhadapkan pada dua pilihan ini: berdamai dengan musuh yang kau pikir bisa kau taklukkan suatu saat nanti dengan sebuah muslihat meskipun harus mengorbankan hal terbesar dalam hidupmu, ataukah menyatakan perang dengan musuh dengan penuh harga diri tidak peduli apa pun konsekuensinya. Mana yang akan kau pilih dan apa alasanmu?"
    Jawaban: aku pilih yang pertama berdamai meski nantinya harus mengorbankan hal terbesar dalam hidup. Karena aku tipe orang yang ga suka berselisih dan aku mikir lagi ke konsekuensinya yang pastinya bakal ganggu banget dan kalo bisa berdamai ya kenapa nggak. Kalo kita berdamai pasti bisa ditemukan jalan penyelesaian yang baik dan kalo masalah mengorbankan hal terbesar dalam hidup, aku pikir kita bisa koq menangkal hal itu, caranya dengan menjelaskan baik-baik dan mencoba meyakinkan mereka, lagian kalo udah berdamai artinya kedua belah pihak udah menerima kesalahan masing-masing dan dengan terjadinya hal itu pasti jadi pembelajaran bagi mereka untuk ga ngulang kesalahan yang sama. Dan aku yakin mereka ga berani macem-macem apalagi nyentuh hal-hal yang menurut kita berarti dan besar banget nilainya di hidup kita.

    ReplyDelete
  3. Jawaban :
    " berdamai dengan musuh
    yang aku pikir bisa aku
    taklukkan suatu saat nanti
    dengan sebuah muslihat
    meskipun harus mengorbankan hal terbesar
    dalam hidupku"
    Karena peperangan hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Kerugian yang lebih besar, meninggalnya orang orang yang ikut berperang, bahkan orang yang tidak bersalah pun turut menjadi korban.
    Seperti kata pepatah " Kalah jadi abu, menang jadi arang". Jadi aku memilih berdamai walaupun harus mengorbankan hal terbesar dalam hidup.

    Nama : Rizkiana Hidayati
    AkunTwitter & Instagram :
    @rzknhdyt
    Link Share : https://mobile.twitter.com/rzknhdyt/status/704175495756193792?p=v

    ReplyDelete
  4. Aku memilih perang apabila memng dalam keadaan terdesak, apalagi kalau musuhku sudah sangat sangat kelewatan, aku akan berjuang keras untuk menang membela diriku, dan membuktikan bahwa musuku salah menilaiku. Aku ingin berperang bukan karena tidak manusiawi dan egois, bila dilihat dari sudut pandangku, musuh tidak boleh di judge baik, oleh karena itu lebih baik memilh jalan perang dripada harus menjadi orang licik, aku lebih suka berterus terang. Masalah orang tak bersalah yang menjadi korban, hm, aku melawan musuhku, tanpa bantuanpun aku ikhlas, aku juga tak ingin masalah aku dan dia membawa bawa orang lain. Aku hanya ingin melakukan perang antra aku dan musuhku. One by one.

    Nama : Arfina Tiara
    Akun twitter : @ipinkaramel
    Link https://mobile.twitter.com/IpinKaramel/status/704293921279508480

    Thnks for GA!

    ReplyDelete
  5. Jujur saja, memilih salah satu di antara dua pilihan di atas memang cukup pelik. Berdamai atau menyatakan perang masing-masing memiliki konsekuensi. Akan tetapi jika ditilik dari segi kekurangan dan kelebihan antara keduanya Saya lebih memilih berdamai. Yap, meski harus mengorbankan hal terbesar dalam hidup Saya. Namun pengorbanan tersebut akan lebih besar lagi jika Saya memilih menyatakan perang. Yah karena pastinya nggak cukup sekadar hidup Saya saja yang dikorbankan, tapi juga hidup orang-orang terdekat Saya. Saya lebih memilih terpaksa berkorban daripada dipaksa berkorban (dan dikorbankan). Sebab Saya sangat yakin, dengan berdamai Saya akan lebih leluasa masuk ke dalam kehidupan musuh dan perlahan-lahan menghancurkannya. Prinsip Saya, otot kekar nggak selalu harus ditaklukkan dengan otot kekar pula, namun otot kekar akan lebih mudah ditaklukkan dengan otak melar (cerdik). So, untuk apa memilih bersusahpayah menaklukkan musuh jika bisa melakukannya dengan mudah, tentunya dengan kesabaran ekstra. Pun kesempatan menaklukkan musuh akan lebih besar jika disiasati dengan perdamaian, setidaknya kesempatan hidup akan terjamin. Musuh dalam selimut lebih menakutkan daripada yang terang-terangan menentang.

    | Didi Syaputra | @DiddySyaputra / nggak punya, maklum Hp Jadul | https://mobile.twitter.com/DiddySyaputra/status/704309332414869504?p=v

    ReplyDelete
  6. Memilih yang pertama.
    Sederhana saja. Karena jika kita berteman, tentu kita tau dong strategi perangnya dia bagaimana, kelemahannya dan kekurangan lainnya. Walaupun harus merelakkan sesuatu, bukankah untuk mendapatkan yang lebih baik butuh berkorban?
    Jadi tidak ada salahnya beramahtamah walau palsu asalkan kita bisa menuju kemenangan. Ya asalkan kita ngga terjerumus dengan permainan kita sendiri. Menurutku, musuh bisa ditaklukkan dengan pertemanan. Karena mereka pikir kita sudah memilih untuk mengalah, tanpa ingin ada gencatan senjata lagi.
    Dan ini adalah salah satu kelengahan lawan, jadi kalo langsung main tempur tanpa tau cara permainan lawan sih itu namanya bodoh banget!
    Namanya masuk kandang singa, mau sekuat apapun kelompokku kalo aku nggatau strategi dan kelemahan lawan mah konsekuensinya lebih besar atuh!
    Mending ngorbanin diri sendiri, daripada orang lain juga kena imbasnya.
    Anggita Ravina | @Anggitarav | https://mobile.twitter.com/Anggitarav/status/704326350182621184

    ReplyDelete
  7. Menyatakan perang dengan musuh dengan penuh harga diri tidak peduli apa pun konsekuensinya. Ini pilihan yang aku pilih, kebanyakan manusia secara alami akan memilih untuk mempertahankan harga dirinya meskipun banyak konsekuensi dan dalam keadaan terjepit. Dari sinilah otak manusia akan berpikir lebih keras untuk mengalahkan musuhnya. Semua rasa takut, lemah dan tidak berdaya akan disingkirkan dan sebaliknya rasa tangguh dan percaya diri akan timbul di keadaan saat harga diri dipertaruhkan.
    |Tasya|@tasyaamanda95|https://twitter.com/tasyaamanda95/status/704573871978999808

    ReplyDelete
  8. Aku memilih berdamai dengan musuh. Apapun pengorbanannya. Karena kalau harus sama-sama berkorban untuk mengalahkannya, aku lebih memilih untuk mencari kelemahan dia terlebih dahulu. Berdamai dengan musuh duluan akan memberiku kesempatan untuk melihat dia dan mempelajarinya dari dekat. Terkesan licik sih, but all's fair in love and war, right?

    Nina Ridyananda | @ridyananda | https://twitter.com/ridyananda/status/704643284467974144

    ReplyDelete
  9. Aku akan memilihuntuk tetap menyatakan perang dengan musuh dengan penuh harga diri tidak peduli apapun konsekuensinya.
    Karena kalau kita memilih berdamai dengan tujuan memakai muslihat dan berkorban.Itu sama saja dengan tindakan pengecut. Apalagi kalau yang dikorbankan adalah harga diri. Harga diri adalah segalanya bagi manusia. Orang yang tidak punya harga diri adalah orang pengecut yang tidak akan bisa menang.
    Maka apabilaternyata hasilya kalah, tetap memilih berperag adalah sudah merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Sementara apabilamengalahkanmusuh dengan muslihat akan timbul rasa bersalah dan akan selalu menghantui. Yang terberat, adalah pembalasan musuh dari pengkhianatan.

    Mukhammad Maimun Ridlo | @MukhammadMaimun | https://twitter.com/MukhammadMaimun/status/704695291711127552

    ReplyDelete
  10. aku akan memilih berdamai dengan musuh, meski harus mengorbankan hal terbesar dalam hidupku. banyak cara untuk menghadapi musuh. salah satunya yaitu dengan menjadikan mereka sebagai kawan dan mencari kelemahan mereka. menurutku itu lebih baik dibanding perang yang melibatkan banyak orang. kalau misalnya dengan memakai tipu muslihat bisa mengalahkan musuh, aku tidak akan ragu untuk memilihnya. perang demi harga diri hanya akan menimbulkan kerugian di kedua pihak. belum lagi akan ada orang2 tak bersalah yang terlibat di dalamnya. aku tidak bisa mengambil konsekuensi itu. lebih baik aku berkorban demi kepentingan orang banyak. meski itu artinya aku harus menelan kekecewaan atau mengorbankan sesuatu yang penting dalam hidupku. menurutku itu tak mengapa, karena dengan demikian aku bisa menghindarkan orang2 tak bersalah dari perang yang berpotensi menelan korban.

    Eni Lestari | @dust_pain | https://twitter.com/dust_pain/status/704829551570845697

    ReplyDelete
  11. Aku memilih untuk 'memerangi' musuh dengan penuh harga diri, tidak peduli apapun konsekuensinya. Bukan bermaksud aku terlalu mendendam hingga tidak mampu dan tidak mau berdamai, tapi kupikir aku lebih memilih untuk berperang. Lagipula, 'perang' di sini tidak selalu bermakna mengangkat senjata atau melakukan tindak kriminal terhadap satu sama lain. Dengan mengorbankan hal terbesar dalam hidupku, sekaligus melewatkan perselisihan dengan sebuah perdamaian meski aku memiliki kesempatan untuk mengalahkan musuhku, aku menolak melakukannya. Ini bukan hanya karena harga diri atau pun nama baik, tapi kupikir aku justru memiliki peluang untuk mengenali dan memahami orang lain yang menjadi lawanku tersebut. Perdamaian seperti apa yang harus menjadikan hal terbesar dalam hidup seseorang sebagai tumbal, apalagi hal terbesar itu juga merupakan hal terpenting dalam hidupnya? Aku tidak mau menjadi orang semacam itu. Aku tidak mau membohongi diriku sendiri dengan berkeyakinan bahwa aku perlu berkorban, dan pengorbanan itu harus kulakukan untuk sebuah perdamaian. Jika perdamaian itu terbentuk sementara aku mengalami kehilangan yang malah menghancurkan diriku dari dalam, sungguh aku tidak ingin melakukan itu. Tidak peduli hal ini mengesankan bahwa aku sangat egois dan berhati batu, aku tetap tidak akan memilih perdamaian semacam itu. Aku tidak ingin memusnahkan kesempatanku beradu dengan musuh, saling 'menyerang' kemudian mengerti sebagian dirinya, lalu mengalahkannya sebagai sesama 'petarung' yang telah sama-sama berjuang dengan keras. Daripada perdamaian yang tidak sepenuhnya menjanjikan kedamaian dan ketenangan, daripada perdamaian yang tidak menyelesaikan alasan sebuah 'peperangan' dimulai; aku lebih memilih berperang, karena aku yakin pada akhir dari perselisihan ini dengan kemenangan yang kuperjuangkan. Bagiku, melalui 'perang' aku bisa lebih mengakrabkan diri dengan musuhku, bahkan menjadikannya salah satu orang terdekat dalam hidupku. Ini mungkin terdengar aneh, tapi aku percaya bisa saling memahami visi-misi kami dibanding harus memaksa keadaan panas di antara kami dengan perdamaian yang tidak memberikan jawaban apapun. Aku akan berusaha tidak melibatkan siapapun, aku yang hanya akan melalui 'perang' ini seorang diri, dengan konsekuensi yang juga akan kutanggung sendirian. Kuanggap ini sebagai satu hal kecil yang akan menjadi pelajaran dan pengalaman besar dalam hidupku kelak, karena dalam prosesnya aku belajar untuk berjuang, sekaligus menghormati lawanku.
    Eka Sasining Putri | @cha_ichie | |https://twitter.com/cha_ichie/status/704898042240090112

    ReplyDelete
  12. aku memilih menyatakan perang dengan musuh dengan penuh harga diri tidak peduli apa pun konsekuensinya.

    walaupun sebenarnya aku tipe orang yang tidak suka dengan adanya perang maupun perselisihan, tapi aku tidak akan diam saja saat apa yang menjadi sumber perang tersebut adalah sesuatu yang berharga bagiku. aku akan memperjuangkannya dengan cara jujur dan adil tanpa adanya tipu muslihat (meskipun dalam perang, semua jalan boleh ditempuh untuk bisa meraih kemenangan). tapi aku akan menghadapi musuhku itu dengan penuh harga diri, dengan semua yang aku miliki menjadi taruhannya (walaupun mungkin aku harus mengalami kerugian besar saat semua telah berakhir)

    namun, saat akhirnya kemenangan itu berada di tanganku, kemenangan tersebut pasti akan terasa lebih manis dan memuaskan. jika pun tidak, setidaknya aku telah berjuang secara terhormat sekuat tenagaku, dan tidak akan ada penyesalan yang tertinggal.

    wening | @dabelyuphi | https://mobile.twitter.com/DabelyuPhi/status/705002320006754304?p=v

    ReplyDelete
  13. Aku lebih memilih: menyatakan perang dengan musuh dengan penuh harga diri tidak peduli apa pun konsekuensinya.
    .
    .
    Bahwasanya, janganlah menganggap perang sebagai bentuk aksi yang negatif. Jangan anggap perang hanya akan memperburuk keadaan, apalagi sebagai penyebab timbulnya masalah baru. Jika kamu berpikiran seperti itu, maka aku tegaskan jika itu adalah salah besar. Tahu bagaimana kronologis kemerdekaan Indonesia? Tahu bagaimana perjalanan panjang bangsa Indonesia hingga pada akhirnya diproklamasikan kemerdekaan? Dan, apakah kamu tahu bentuk tindakanyang dilakukan bangsa Indonesia untuk memperjuangkan harga dirinya yang ditindas? Apalagi kalau bukan perang. Iya, kan?So, seseorang melakukan perang pun juga ada penyebabnya. Perang terjadi sebagai bentuk penegakkan harga diri. Bukan sebagai bentuk kerusuhan yang tak berkesudahan.
    Mungkin banyak orang yang mengira jika perang sebagai bentuk aksi anarkis. Ya, memang bisa dibilang begitu. Tapi, apakah kamu tahu jika di jaman yang seperti ini tidak ada cara yang lebih baik dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah kecuali perang?
    Perang memang memiliki banyak resiko. Suami meninggalkan istri, anak kehilangan ibunya, darah yang bertumpah ruah dan berbagai jeritan histeris lainnya yang mengiris hati.
    Namun, bukankah 'nyawa tak lagi berarti jika penindasan harga diri telah terjadi?' Demi harga diri, seseorang berani mati jika itu itu konsekuensinya. Ketahuilah, bahwa seseorang berperang bukan untuk menambah kekecawaan apalagi kepedihan hati, namun seseorang berperang untuk keadilan. Jika harus mati? Bagaimana lagi. Memang itu konsekuensinya. Dan, memang itulah yang diinginkan.
    Intinya, jangan selalu menganggap perang sebagai bentuk aksi anarkis. Perang tidak selamanya harus menumpahkan darah di sana-sini, perang juga tidak selalu mengandalkan parang-parang tajam.
    Namun, seperti apapun bentuk perang yang dilakukan, intinya hanya satu tujuannya. KEADILAN.
    Jadi, apakah perang masih bisa dibilang negatif?
    Jika iya, sepertinya mereka yang berpikiran begitu kurang piknik. Perbanyak baca buku ya, hahahaha.
    .
    Siipp moga menang. Pengin bangettt punya novel iniiii. Wishlist atuuh :)
    .
    .
    .
    BINTANG PERMATA ALAM / Twitter: @Bintang_Ach / https://twitter.com/Bintang_Ach/status/704683183384748032

    ReplyDelete
  14. Bila saya pada posisi mengurusi hajat orang banyak, maka saya akan memilih berdamai. Manusia, atau apapun makhluk hidup, bukanlah barang yang dengan mudah untuk ... diuapkan, dibunuh, atau dilupakan. Apapun untuk menjaga mereka aman, maka sebisa bisa, bila masih memungkinkan, maka kedamaian harus diutamakan. Perang itu melelahkan, dan mahal, dan belum tentu kemenangan mendatangi kita.

    Namun, bila saya berada pada posisi saya seorang diri, hanya orang biasa saja, maka saya memilih perang. Perang, condongnya, merupakan jalan tercepat dari suatu masalah. Tak perlu bermanis-manis atau berpura-pura, dengan hati berdebar, gugup dan takut memenuhi tiap rongga badan tapi harus selalu diredam, di hadapan musuh. Hati akan, seringnya, lebih cepat merasakan damai bila masalah tersebut segera terselesaikan.

    Jun | Twitter: @FJrean / Instagram: @photorean | https://twitter.com/FJrean/status/705063122479026176

    ReplyDelete
  15. Dalam hidup kita di hadapkan dengan berbagai macam pilihan. Memilih atau dipilih, melawan atau dilawan, menerima atau menolak, dan semuanya memiliki konsekuensinya masing-masing. Pilihan yang baik tidak hanya mementingkan dirimu seorang, tapi juga orang-orang yang ikut andil dalam lingkungan sekitarmu.
    Jadi kupikir memilih berdamai adalah jalan terbaik. Aku tau jika hal tersebut berdampak buruk untukku. Tapi bukannya mementingkan kebahagian orang lain lebih mulia daripada mementingkan ego diri? Tidak, bukannya aku mengabaikan diriku. Tapi menurutku hal ini jauh lebih baik dari pada aku harus berperang tanpa pedang, kan?
    Se-ahli dan se-kuat apa pun kita, jika kita bertarung tanpa strategi. Kalah telak, yang akan kita dapatkan. Kita tidak bisa berperang sambil meraba-raba.

    Kartika | twitter: @hoshinotika | Link share: https://twitter.com/hoshinotika/status/704359747172970498

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...