Pages

Sunday, February 28, 2016

Sebuah Distopia yang Unik, Liar, dan Sangat Imajinatif

Judul buku: Cinder (The Lunar Chronicles #1)
Jumlah halaman: 384 halaman
Penulis: Marissa Meyer
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penyunting: Selsa Chintya
Penerbit: Spring
Tahun terbit: Januari 2016
ISBN13: 9786027150546
Penghargaan: Abraham Lincoln Award Nominee (2014), Goodreads Choice Award Nominee for Best Young Adult Fantasy & Science Fiction (2012)
Semua tangga miliknya dilapisi dengan ter,
dan ketika Cinder berlari menuruni tangga itu,
sepatu kirinya terjebak di sana.
     Pada suatu masa yang jauh di depan, jauh setelah perang dunia keempat pecah dan menciptakan era kehidupan baru di dunia, manusia hidup berdampingan dengan android dan memiliki akses kontak dengan luar angkasa. Namun, sebuah wabah mematikan yang disebut letumosis menyebar dan mengancam nyawa penduduk bumi. Bahkan dengan teknologi dan kecerdasan ilmuwan di zaman itu, penelitian untuk menemukan vaksin letumosis tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Penyakit mengerikan itu menginfeksi siapa pun tanpa peringatan. Seorang gadis yang sedang tertawa dan bercerita riang tentang impiannya untuk berdansa dengan pangeran pun bisa tiba-tiba menemukan bercak aneh di tubuhnya, dan dalam sekejap mata, android medis datang untuk membawanya ke karantina (hal. 59). Gadis kecil itu bernama Peony, adik tiri Cinder sang gadis cyborg, yang adalah mekanik muda ternama di New Beijing. Kehilangan Peony kemudian dijadikan alasan oleh ibu tiri Cinder, Adri, untuk menyingkirkan Cinder dari rumah. Cinder akhirnya dibawa ke laboratorium kerajaan, menjadi subyek penelitian yang membuat kepala penelitian letumosis kerajaan, Dokter Erland, merasa yakin bahwa Cinder adalah spesimen yang penting (hal. 103).
Namun, segalanya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Letumosis ikut merenggut nyawa pemimpin Persemakmuran Timur, Kaisar Rikan. Tragedi wafatnya Kaisar Rikan membawa Persemakmuran Timur dalam dilema baru yang jauh lebih mengerikan dari letumosis. Kesepakatan politik antarplanet yang sedang diupayakan oleh Bumi dan Bulan berada dalam ketidakpastian. Pemimpin Bulan, Ratu Levana yang cantik dan tiranik, mendesak Bumi untuk segera menentukan langkah di tengah belasungkawa yang tengah merundung Bumi, dan menjanjikan hadiah menggiurkan yang mampu mengakhiri wabah mematikan letumosis. Dengan segala kelicikannya, sang Ratu menghadapkan calon kaisar Persemakmuran Timur yang baru, Pangeran Kaito pada dua pilihan yang sangat tidak menggembirakan. Karena pilihan apa pun yang akan diambil pangeran, pada akhirnya, Bumi akan berakhir pada nasib yang sama mengerikannya.
Tentu saja, Perserikatan Bumi akan bertempur. Namun melawan Bulan, mereka akan kalah (hal. 115).
Di tengah segala kekacaubalauan itu, Cinder sang cyborg istimewa, yang telah lima tahun menjadi putri angkat keluarga manusia, yang tidak memiliki ingatan apa pun tentang masa lalunya, akhirnya menemukan jati dirinya. Sungguh sebuah fakta mengejutkan yang sulit dipercaya. Hubungan pertemanannya dengan Pangeran Kaito pun menjadikan situasinya semakin runyam. Alih-alih terseret ke dalam romansa masa muda yang naif dan dangkal, Cinder menemukan dirinya berada di tengah pertarungan politis penuh intrik dan sihir—yang akan menentukan nasib Bumi, sebagai salah seorang pemain utama.
Mengadaptasi dongeng klasik Cinderella, Cinder ditulis dengan modifikasi yang unik, gila, segar, dan sangat imajinatif. Dengan latar masa depan, Cinder menampilkan banyak sekali aspek futuristik: cyborg dengan emosi manusiawi, hover (mobil terbang), portscreen (sejenis ponsel supersmart), netscreen (sejenis televisi dengan dukungan fitur internet supercerdas), dan sebagainya. Dengan begitu banyak kecanggihan teknologi masa depan dan hal-hal berbau sains, Marissa Meyer menuliskan ceritanya dengan ringan sehingga pembaca tidak akan memahaminya dengan susah payah.
Cinder ditulis dengan detil yang kaya sehingga deskripsinya terasa filmis. Sangat mudah membayangkan memvisualisasikan setiap adegannya dalam kepala saya. Hiruk pikuk di pasar yang sarat aktivitas. Kesibukan di bengkel Cinder. Suasana hening dan serius di laboratorium kerajaan. Ketegangan dan sensasi sesak di rumah Cinder. Saya sampai nyaris merasa yakin bisa mendengar Pangeran Kaito dan Cinder bercakap-cakap di pasar. Narasinya juga dituliskan dengan ringan, segar, dan sangat pas dengan usia dua tokoh utama yang sudut pandangnya ditampilkan secara bergantian. Sudut pandang Cinder mengetengahkan kehidupan masyarakat New Beijing, kehidupan Cinder secara pribadi, pertemanannya dengan Pangeran Kaito—yang secara tidak langsung mempengaruhi keputusan politik yang akan diambil pewaris tahta Kekaisaran Persemakmuran Timur itu, dan tentu saja, juga lika-liku menuju pengungkapan jati dirinya yang kelak menjadi klimaks dari segala konflik yang terjadi. Sedang sudut pandang Pangeran Kaito, mengetengahkan peta politik dalam kerajaan, terutama hubungan kerajaan Bumi dan Bulan.
Cinder menghadirkan tokoh-tokoh flamed protagonist yang akan sangat mudah disukai. Cinder yang tangguh dan sinis, baik hati namun rendah diri, cerdas sekaligus keras kepala, dan tentu saja, pemberani. Pangeran Kaito yang dermawan, ramah, namun seringkali dihantui keragu-raguan saat harus mengambil keputusan besar. Dokter Erland yang cerdas dan bijaksana, namun menyembunyikan rahasia besar, dan tidak berdaya akan nasib dirinya. Peony yang periang dan menyenangkan. Ada pula Iko yang ceplas-ceplos dan setia. Dialog antartokohnya bernas dan sangat menyenangkan untuk diikuti. Cerdas dan tidak terduga. Saya membayangkan, di masa depan, mungkin seperti itulah orang-orang akan saling berkomunikasi. Adapun tokoh antagonisnya, memiliki kekuatan yang sulit diimbangi. Itulah yang membuat sebuah cerita menjadi semakin menarik.
Sayangnya, porsi foreshadowing-nya agak terlalu banyak. Sehingga plotnya mudah ditebak, karena ada begitu banyak clue yang akhirnya terkuak. Tapi tetap saja, sulit rasanya melepaskan Cinder begitu saja, ketika saya mulai membacanya. Sangat mudah untuk larut ke dalam alurnya untuk meyakinkan diri sendiri bahwa, ya, cerita ini memang seperti yang saya pikirkan, tapi sekaligus tidak.
Sebagai buku pertama dari sebuah serial tetralogi, tampaknya pembaca Cinder harus cukup puas dengan klimaks yang berlangsung secepat kilat menyambar. Cinder memang dibangun dengan plot yang renggang. Bagi pembaca yang bukan penyabar, ini pasti akan terasa sedikit membosankan. Plotnya bergerak cukup lambat. Seoah-olah Marissa Meyer membutuhkan lebih banyak waktu untuk membangun dunia Cinder dengan matang, memperkenalkan beberapa tokoh penting, membuat tokoh-tokoh itu saling berkaitan, dalam upayanya untuk menyiapkan mereka terlibat dalam konflik berkelanjutan di sekuel Cinder yang berikutnya. Sebagai dampaknya, grafik tense Cinder nyaris tidak menanjak di sepanjang cerita, kecuali beberapa saat sebelum ceritanya berakhir.
     Bagaimanapun juga, Cinder adalah buku distopia yang berhasil mencuri perhatian saya. Saya tidak menyangka bisa melihat Cinderella masa depan dengan karakter terbarukan seperti ini. Tentu saja, saya akan mengikuti sekuel-sekuel Cinder. Jadi, tiga setengah dari lima bintang untuk distopia dengan ide yang gila, liar, dan sangat imajinatif ini.
This pic's remodified by me. Click here to see the source

16 comments:

  1. Banyaknya blogger yang review buku ini dan sinopsis yg bikin penasaran, bikin aku pengen punya novel ini. Karena memang lagi cari novel genre sci-fi dan distopia juga..

    ReplyDelete
  2. Banyak yang bilang buku distopia sulit di pahami, tapi setelah melihat sekian banyak review ternyata tidak ada yang kesulitan dalam membaca Cinder.

    ReplyDelete
  3. Aku kira isinya kayak kerajaan begiti taunya lebih modern XD wah bintangny 3,5 hm, cukup bgus jug bukunya.

    ReplyDelete
  4. Sejak awal blog tour Saya telah sangat fallin love dengan Cinder. Menyajikan kisah cinta, perjuangan, pengorbanan de el el. Sangat ingin mencicipi kisahnya. Semoga ;D

    ReplyDelete
  5. Penasaran dengan sifat cinder yang tangguh dan sinis itu bagaimana? Berarti cinderella di masa depan tatapannya begitu? Wow.
    Pas baca sinopsis hampir kukira kena spoiler, taunya... pas!

    ReplyDelete
  6. Cinder~~~
    I really want to read this novel, badly :3

    ReplyDelete
  7. Cinder~~~
    I really want to read this novel, badly :3

    ReplyDelete
  8. Suka banget sama genre dystopia. Bikin otak mikir keras. Apalagi sama ide cerita "Cinder" yang oke. Penasaran banget pokoknya :)

    ReplyDelete
  9. Udah lama masuk wishlist. Temen-temen BBI udah banyak yang memuji-muji novel ini juga, jadi makin penasaran

    ReplyDelete
  10. Cinder adalah salah satu novel yang menjadi wishlistku. Dari kemarin ikutan giveaway di setiap blog ga menang-menang. Yah, semoga aja di blog ini menang, hehe. Berharap lebih

    ReplyDelete
  11. Sampulnya menakutkan karena ada tulang terlihat dari luar. Semoga isinya juga menakutkan sehingga kita penasaran dengannya

    ReplyDelete
  12. novel ini udah menjadi wishtlist-ku banget semenjak baca reviewnya. banyak yang mereview bagus novel ini sebagai re-telling cinderella dengan setting modern. karena itulah, aku penasaran banget sebagus apa sih novel ini? semoga kesampaian baca langsung hehe.

    ReplyDelete
  13. Salah satu novel terbaik yang diterbitkan Penerbit Spring. Setelah berpuluh-puluh kali (sungguh berpuluh-puluh) aku membaca review-nya, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku tidak jatuh cinta pada kisahnya. Fiction dengan tema distopia ini jarang ada, apalagi jarang ada yang menggugah. Tapi Cinder segera menarik atensiku dengan covernya yang bagiku terkesan dark tapi elegan secara bersamaan. Aku sudah membaca 2 bab Cinder yang diunggah Penerbt Spring di Wattpad, dan itu luar biasa! Aku tidak sabar untuk membacanya secara menyeluruh. Semoga kali ini aku beruntung untuk bertemu Cinder^^

    ReplyDelete
  14. banyak baca review novel ini dari para blogger makin lama makin penasaran, dan pengen ikutan nge-review juga! harus dapat novel ini dan baca pokoknya! :D

    ReplyDelete
  15. sejak penerbit spring rencana mau nerbitin ini novel, aku langsung "ngecim" bukunya. haha. tapi kalo liat harga bukunya, aku musti muter otak dulu buat ngumpulin duit biar bisa beli.
    tapi karena masih ada banyak GA yang bagiin gratis buku ini, mungkin masih bisa safe dulu kali ya uangnya. walopun aku udah loncat dari blog satu ke blog lainnya maupun sampe ke semua sosmed penerbit spring, aku belum nyerah buat bisa dapetin gratis. :D
    kalaupun sampe akhir masih gak beruntung, suatu saat aku pasti bakal beli Cinder, karena genre-nya favorit ku. dan itu untuk menghilang dahaga atas rasa penasaran tiap aku membaca review bukunya
    oh ya, review nya bagus . jadi makin pengen baca cinder

    ReplyDelete
  16. Hoo, jadi keluh kesah bosan yang membanjiri lini massa itu benar adanya :3

    Tapi karena tampaknya dunianya begitu "matang", saya jadi tergelitik untuk "menyambanginya" :3

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...