Judul buku: Kemurnian Dalam Kematian
Jumlah
halaman: 512 halaman
Penulis:
J.D. Robb
Penerjemah:
A. hardi Prasetyo
Tahun
terbit: November 2012
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Genre:
Detektif, Thriller, Kriminal, Misteri, Roman
Troy
Truehart, opsir muda yang berkat rekomendasi Letnan Eve Dallas, pindah ke
Divisi Pembunuhan, menjadi saksi kunci kematian sadis pengedar narkoba yang
mengincar anak-anak, Louie K. Cogburn. Tapi kematian sadis dengan ciri yang
sama terjadi secara beruntun semenjak itu.
Korban mati terbunuh karena sakit kepala mengerikan dengan darah mengucur dari hidung, telinga, bahkan mata, setelah mengakses komputer pribadinya. Selaku penyidik utama, Eve Dallas meyakini bahwa kasus pembunuhan yang dihadapinya adalah satu kasus berantai yang pelakunya satu oknum—atau juga satu kelompok. Dan, kali ini Eve berurusan dengan ahli informatika, oknum polisi, dan wakil walikota. Dibantu suaminya, Roarke, sebagai konsultan teknologi, Eve harus melihat banyak kematian, dan berseberangan dengan banyak pihak yang akan selalu tampak benar di mata publik.
Korban mati terbunuh karena sakit kepala mengerikan dengan darah mengucur dari hidung, telinga, bahkan mata, setelah mengakses komputer pribadinya. Selaku penyidik utama, Eve Dallas meyakini bahwa kasus pembunuhan yang dihadapinya adalah satu kasus berantai yang pelakunya satu oknum—atau juga satu kelompok. Dan, kali ini Eve berurusan dengan ahli informatika, oknum polisi, dan wakil walikota. Dibantu suaminya, Roarke, sebagai konsultan teknologi, Eve harus melihat banyak kematian, dan berseberangan dengan banyak pihak yang akan selalu tampak benar di mata publik.
Credit pict here |
Purity In Death adalah
serial ke 15 In Death Series. Namun, ini buku pertama dari serial Kematian yang
saya baca. Uniknya, saya tidak merasa kehilangan
banyak hal karena tidak mengikutinya dari seri pertama—kecuali beberapa
nama produk teknologi beserta cara kerjanya, seperti link dan autochef. J.D.
Robb dengan lincah mengalirkan cerita dengan ritme cepat, menyisipkan intrik
dengan padat. Sayangnya, kecepatan ritme ini mengurangi detil pengisahan,
misalnya saat Eve menerka kronologi kematian korban kasus pembunuhan yang
ditanganinya, pembaca tidak dibawa ke alur berpikir sang tokoh Letnan, dan
tiba-tiba sang Letnan sudah sampai pada kesimpulannya, dan pembaca hanya harus
menelannya begitu saja.
Dari
awal pengisahan, J.D. Robb sudah menunjukkan kepiawaiannya menjaga nuansa suspense yang membuat pembaca akan betah
membalik halamannya dengan sabar sekaligus tidak sabar. Sabar untuk mencerna
kalimat demi kalimat—yang mungkin akan rumit bagi pembaca pemula yang belum
begitu familiar dengan colour J.D.
Robb—dan tidak sabar untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pemilihan
adegan adalah hal yang paling vital dalam sebuah cerita. Untuk cerita bergenre
misteri, adegan adalah nyawa cerita. Adegan harus selalu penting, tidak ada
yang sia-sia, setiap adegan adalah sebuah clue
menuju kesimpulan yang memuaskan bagi pembaca. Dan buku ini memiliki cukup
banyak adegan seru. Meski ada beberapa adegan yang kurang penting, tapi itu cukup membantu pembaca menilai karakter
tokohnya. Dan mengingat bahwa Purity in
Death adalah kisah serial, maka adegan itu, mungkin saja, diperlukan untuk menguatkan kesan di buku seri
berikutnya.
Manusia
selalu tertarik dengan masa depan. Membaca
masa depan adalah hal yang disukai sebagian besar orang di dunia ini. Akan
muncul banyak pertanyaan tentang nasib hal-hal yang ada di sekeliling kita di
masa depan. Seperti misalnya, akan seperti apa virus komputer di tahun 2059?
Dan kita akan sangat antusias ketika menemukan jawaban seperti ini: “Di tahun
2059, virus komputer tidak lagi menginfeksi file-file. Virus komputer akan
diciptakan sebagai senjata pembunuh. Mereka diciptakan untuk menginfeksi
manusia dan merusak saraf otaknya.”
Sebagai
sebuah fiksi ilmiah yang berlatar dunia masa depan, cerita ini memberikan
banyak sekali refleksi yang dapat membuat kita merenungkan beberapa hal.
Kejahatan adalah hal yang tidak akan pernah bisa dihentikan. Masa
depan, mungkin saja adalah dunia yang paling mengerikan yang bisa dibayangkan
manusia. Betapa sebuah kehamilan bisa begitu membahagiakan sekaligus aneh. Betapa kemudahan hidup justru menciptakan dunia yang kerontang dari
hal-hal meneduhkan, seperti kejujuran. Mungkin saja, suatu ketika, seperti
halnya juga hari ini, kecurigaan adalah hal paling wajar yang terjadi di
sekeliling kita, keinginan untuk merusak, keinginan untuk menghancurkan dan
memusnahkan, keinginan untuk menjatuhkan. Tetapi, orang-orang teguh yang
percaya pada keteguhannya dan nuraninya, akan selalu hadir untuk mengawal dunia
hingga kehancurannya.
Kisah
yang dituturkan dengan cerdas ini memuat unsur romansa yang tidak biasa, namun tetap terasa manis.
Mungkin pembaca harus menahan kesal—karena gemas—mengikuti
romansa Roarke dan Eve, sehingga mereka akan berdecak, “Sialan! Manis banget
nggak sih, si Roarke?”
Purity in Death membawa
kita menyelami kehidupan para polisi, yang begitu dekat dengan kejahatan.
Mereka selalu dihadapkan pada dua pilihan yang monoton: menghadapi kejahatan
dan memposisikan diri sebagai musuh, atau
tenggelam di dalamnya, menjadi bagian darinya. Tetapi pada saat yang sama,
mereka tahu pilihan itu hanya bermuara pada satu tujuan: memenangkan kebenaran,
yang selalu hanya ada satu. Selalu hanya SATU!
Baiklah,
saya akan membaca serial Kematian ini dari urutan awal :)
No comments:
Post a Comment