Penulis: Alitt
Susanto
Jumlah halaman: viii
+ 296
Editor: Syafial
Rustama
Tahun terbit: 2012
Penerbit: Bukune
“Halo… nama gue Alitt… nama lo siapa?”“Err… guwe Agil….”“Ngambil Pendidikan Bahasa Inggris juga ya?”“Iya… memang sama ya?”“Iya, gue juga….”“Btw, elho ngekos di mana?”“Di Jalan Beo 33, deket kampus….”“Wah… kebhetulan dhonk! Gue bhelom ndapet kos-kosan nih…. Guwe boleh numpang di kos elho dhulu?! BOLEH KAN YA?!”Gue masih inget banget perkenalan pertama gue sama Agil, sahabat gue dari zaman OSPEK. Iya, waktu itu dia memang baru pindah dari Purworejo ke Jogja tanpa memperisapkan tempat tinggalnya nanti. Gendeng emang. Ngeliat tampangnya yang lumayan ganteng untuk model iklan shampoo (tentunya dia berperan sebagai ketombe), gue gak menaruh rasa khawatir bila nantinya pas tidur, gue digrepe-grepe sama dia. Tapi buat jaga-jaga, selama dia numpang, gue selalu tidur sambil megang tasbih di tangan kanan dan gergaji mesin di tangan kiri (hal. 3).
Jika
berbicara tentang Personal Literature, nama
Raditya Dika akan spontan terucap dan ditempatkan di deretan atas daftar
jagoan. Ketika Kambing Jantan masuk
bioskop—di kemudian hari disusul oleh beberapa piaraan (baca: karya-karya) milik Raditya Dika lainnya—Personal Literature pun menjadi sebuah
tren. Beberapa orang yang yakin, bahwa dirinya memiliki kehidupan yang unik,
lucu, dan inspiratif, akhirnya menjadi penulis dan melambungkan genre ini di perbukuan tanah air. Ada
kisah tentang ibu ajaib, dokter muda nyeleneh, dan sebagainya.
Beberapa
penulis senior dan produktif, selalu mengatakan ini sebagai saran andalan bagi
penulis pemula: tulislah hal yang dekat dengan dirimu. Hal-hal yang sangat kamu
kenali. Inilah yang dilakukan para penulis Personal
Literature. Mereka menuliskan dirinya, kehidupannya, kesehariannya,
sahabat-sahabatnya, gebetannya, keluarganya. Banyak yang mengira, semuanya
mudah saja. Menuliskan diri sendiri adalah hal yang termudah. Padahal, bisa
saja sebaliknya. Menuliskan diri sendiri adalah hal yang tersulit. Orang-orang
di luar penulis-penulis ini, mungkin saja akan berujar, “apa serunya sih hidup
seseorang? Palingan, hidupnya nggak jauh-jauh beda sama hidup gue?!” inilah
tantangan yang harus dijawab oleh seorang Personal
Literature. Menuliskan dirinya dengan unik, segar, dan menyenangkan.
SKRIPSHIT adalah
kumpulan tulisan tentang kehidupan kampus seorang mahasiswa (semoga tidak akan)
abadi bernama Alitt Susanto. Bagaimana kehidupannya di awal episode Kampus, hingga tahap penyusunan
skripsi, namun terbentur jadwal kerja paruh waktu yang kemudian ia
prioritaskan. Hal-hal yang dilalui Alitt diceritakan dengan apa adanya, namun
caranya menyentil dengan sentuhan
humor yang segar dan cerdas, akan membuat pembaca SKRIPSHIT tertawa sambil tertohok.
So, kuliah yang sere mini punya beberapa peraturan yang sadis… ehm! Maksud gue, tegas! Di antaranya adalah:Kuliah dimulai pukul 6 pagi, telat satu menit saja, kena Kick Out.Kelasnya berada di lantai 4, dan mahasiswa gak boleh naik pake lift. Kalau ketahuan pake lift, dusuruh turun dan naik lagi lewat tangga. Asli, ini penting banget!Harus berpakaian formal (dasi, kemeja, celana bahan, sepatu lantofel, dan rambut disusur rapi kayak slaes traktor). Kalau sampai ada yang kurang, kena Kick Out.Dilarang menguap di kelas. Kalau ketauan menguap, disuruh push-up 25 kali!Sekali saja bolos atau tidak ikut kelas dengan alasan apa pun, kena Kick Out.Sekali saja lupa ngumpulin tugas, kena Kick Out.Bahkan kita punya tugas buat menyalin sebuah buku yang tebelnya kayak bulu dada Ridho Roma, dan harus ditulis ulang pakau pulpen!!! Iya… gak boleh diketik. Tiap beberapa minggu sekali, dosen bakal ngecek whether mahasiswanya sudah memenuhi target tulisan minggu itu atau belum. Kalau belum, bakal kena Kick Out.The last one, jangan pernah nyoba protes akan kesadisan dosen ini, bisa-bisa kita kena Knock Out.kick out di sini bukan berarti kita dapat tendangan di pantat dan dibiarkan menggelinding jatuh dari lantai empat untuk setiap kesalahan kita. Kick Out artinya kita gagal di mata kuliah itu dan kudu ngulang semester depan. Sadis? Tegas! (hal. 14-15).
Bagi
mahasiswa, membaca SKRIPSHIT tak
ubahnya membaca diri sendiri. Ada kisah pencarian gebetan, suka-dukanya punya
sahabat culun, getirnya menghadapi
dosen—meminjam istilah Alitt—thriller hingga
akhirnya mengulang mata kuliah
tertentu, dan yang tersulit dari segalanya, ribetnya menyusun skripsi. Mengulang
lagi semua kisah pribadi kita dari kacamata Alitt, tidaklah semembosankan yang
dibayangkan. Selalu ada hal yang akan membuat pembaca tertawa di setiap
lembarnya.
Membaca
SKRIPSHIT juga memberi kesan seperti
mendengarkan Stand Up Comedy. Mungkin
karena Alit Susanto adalah seorang Stand
Up Comedian, maka teknik-teknik komik diterapkan di sini. Dalam beberapa
hal, saya seperti melihat Raditya Dika. Mungkin karena pakem Stand Up Comedy tadi. Munculkan hal yang
mengusik lo, cari uniknya, beri
pembeda dengan yang sudah diutarakan orang lain, dan akhiri dengan punchline yang asyik. Bedanya dengan Stand
Up Comedy, kita sedang membaca komedi sambil duduk.
Sebagai
bacaan humor, SKRIPSHIT memuat
kritik sosial yang menyoroti kehidupan anak muda masa kini. Kita tidak saja
seperti berkaca, tetapi merasa seperti sedang berdiri di sebuah titik, berputar
3600 di titik itu, dan melihat sekeliling. Kita akan menyaksikan
sifat khas para cewek dengan karakter mentalnya, para cowok, para ABG, para
anak kosan, dan para-para yang lainnya.
Gue kadang heran yah, sama muda-mudi zaman sekarang yang pacaran dengan panggilan sayangnya: Ayah-Bunda, Mami-Papi, Mimi-Pipi, atau bahkan Mimis-Pipis.Nggak kebayang aja, baru pacaran mereka udah manggil satu sama lain dengan sebutan Ayah-Bunda. Nah, kalau ntar udah nikah, apa mereka mau manggil satu sama lain dengan sebutan ‘Kakek-Nenek’? nah, kalau mereka udah punya cucu beneran, apa mereka mau manggil satu sama lain dengan sebutan ‘Almarhum-Almarhumah’? (Bab Gaya Pacaran yang Norak: 226-227).
Dengan
segala kelebihannya, bukan berarti buku ini tidak mengandung kekurangan.
Beberapa lelucon yang mungkin sudah pernah Anda dengar atau baca akan membuat
Anda menguap seraya mengujarkan, “garing!”. Beberapa pesan moral yang
disisipkan Alitt disampaikan dengan gaya yang serius dan lugas, yang
seolah-olah mendadak kehilangan selera humor, dan akhirnya memberi kesan
menggurui. Tapi karena poin ini
diapit oleh narasi-narasi komik lainnya, sehingga tidak terasa begitu
mengganggu. Lagi pula, setelah banyak tertawa, seseorang membutuhkan cooling down dengan beberapa nasehat
penting.
Finally, jangan
berharap mendapatkan tips menyelesaikan skripsi dengan sukses di buku ini. Tapi
saya yakin, Anda, yang masih berkutat dengan skripsi, akan bergegas
menyelesaikannya, untuk misi besar hidup Anda yang selanjutnya. Seperti halnya
saya ^_^
3.75
bintang untuk SKRIPSHIT! ^^
Setelah
ini, saya berani membaca Personal
Literature yang lainnya.
No comments:
Post a Comment