Pages

Thursday, October 31, 2013

Di London, Menjemput Keajaiban Cinta

Pic cr: Self doc
Book Title: LONDON: Angel
Author: Windry Ramadhina
Page: 330 pages
Year Published: 2013
Publisher: Gagas Media 

Gilang harus berangkat ke London. Harus! Jika ia ingin mengetahui besaran kesempatannya untuk mendapatkan Ning. Dulu, saat gadis itu masih di Indonesia, menjadi tetangganya yang selalu bisa ia lihat kapan pun ia mau hanya dengan berteriak memanggil nama Ning dari balkon di kamarnya, ia memiliki banyak kesempatan untuk menyatakan cintanya. Tetapi label persahabatan di antara mereka terlalu sakral untuk dikhianati, sehingga Gilang membiarkannya menutupi kesadarannya yang datang terlambat itu. Bahkan ketika Gilang menyadari pesona Ning sebagai seorang gadis yang memikat hati, ia masih terlalu takut untuk merubah status di antara mereka. Sekarang, setelah gadis itu terpisah ribuan mil jauhnya dari dirinya, rasa ingin memiliki itu menguat tanpa bisa ia kendalikan. Dan akhirnya, segalanya diputuskan di bawah kendali efek Jack Daniel’s. Gilang akan ke London!
Menyatakan cintanya, mengamalkan saran Hyde, sahabatnya, the women’s killer, dengan bermodalkan dukungan penuh sahabat-sahabatnya yang sama absurd-nya: Brutus, Dum, dan Dee.
Fitzrovia adalah kota yang sama sekali asing bagi saya. Tapi LONDON mengenalkannya dengan baik sekali sehingga saya bisa memvisualisasikan eksotisme-nya dengan sempurna di kepala saya. Kota yang dalam kunjungan Gilang ke sana, ia tampil sangat sendu karena musim hujan.
London Eye; Cr: Wikipedia
Aku salah besar sewaktu berkata London Eye tidak lebih dari sebuah kincir raksasa. Ketika itu, sudah pasti aku tidak tahu bahwa London Eye memiliki ketinggian lebih dari seratus tiga puluh meter—itu empat kali tinggi Bianglala di  Dunia Fantasi.

Dari Stasiun Waterloo, kincir raksasa itu tidak tampak seberapa, hanya berupa lingkaran kecil yang berpendar di cakrawala, yang menyembul malu-malu dari balik kumpulan bangunan abu-abu (page 62).
Lewat interpretasi Windry Ramadhina, Fitzrovia tampil dengan hidup, seolah-olah penulisnya menuliskan kota tersebut dari bawah langit Fitzrovia yang mendung dan menumpahkan gerimis. Tidak ada deskripsi bergaya penjelasan monoton khas artikel perjalanan. Berlatar museum-museum antik, venue-venue romantis, dan adegan-adegan dramatis, LONDON meninggalkan kesan magis dalam ceritanya dalam balutan deskripsi yang menonjolkan keelokan Kota Penyimpan Cerita yang mendukung perjalanan Gilang menemui keajaiban cintanya.
Edited from here
Bercerita dari sudut pandang Gilang sebagai orang pertama tunggal, tokoh utama kita tidak mendikte pembaca untuk berempati pada kisah melodramatik perjalanan cintanya. Sebuah kelebihan yang menarik dari Windry Ramadhina, yang telah beberapa kali menulis dari sudut pandang lelaki, tanpa terjebak sifat-sifat feminin yang tumpah dari dirinya.
LONDON memiliki range kisah yang singkat. Cerita bergulir selama lebih kurang seminggu, sejak keberangkatan Gilang dari Jakarta dan tinggal di London selama lima hari. Namun, alur dikemas dengan padat, dengan detil yang kaya dan tidak membosankan. Ah, ya! Menyuntikkan informasi dengan cara yang menyenangkan adalah kelebihan Windry yang lain :)
Kemunculan tokoh misterius di LONDON menambah nilai magis buku ini—sekaligus mengungkap makna “Angel” pada judul buku. Sayangnya, tokoh yang cukup menarik perhatian ini memang disisipkan sesuai labelnya: tokoh misterius. Ia dikisahkan dengan misterius. Seolah-olah ia didesain untuk mengundang banyak tanya. Mengapa Gilang menunjukkan karakter yang berbeda 1800 ketika bertemu tokoh ini? Daya magis apa yang dimiliki gadis Goldilocks ini selain paras cantiknya yang memabukkan? Jika ia benar sebuah isyarat kunci pemecah teka-teki Gilang, mengapa ia tidak muncul di saat-saat penting yang hanya melibatkan payung merah-nya saja?
Saya menemukan beberapa kosakata baru di dalam LONDON. Di antaranya adalah hibuk, yang—sebelum membaca LONDON, telah saya ketahui, berkat obrolan dengan seorang editor Gagasmedia—berarti hiper-sibuk. 
Sketsa Goldilocks buatan Windry Ramadhina, spesial untuk Amaya :)
Anyway, LONDON ingin menyampaikan perihal keajaiban cinta yang serba-tak-terduga, tak bisa diprediksi. Kau bisa merencanakan apa pun, memperjuangkan seseorang sekeras apa pun, tapi ketika keajaiban cinta memilih, kau tidak selalu bisa berada di pihak yang kau harapkan. Dan keberjodohan, bukan sesuatu yang tampak baik atau menyenangkan di awalnya. Ia baik dan menyenangkan pada akhirnya. Ketika segala sesuatunya sudah tepat waktunya.
3.5 out of 5 stars!


 
TENTANG PENULIS


Windry Ramadhina lahir dan tinggal di Jakarta; berprofesi sebagai arsitek. Ia menulis fiksi sejak tahun 2007, pernah mengikuti bengkel penulisan Dewan Kesenian Jakarta dan dua kali dinominasikan dalam Khatulistiwa Literary Award berkat novelnya ORANGE (nominee untuk kategori penulis muda terbaik tahun 2008) dan METROPOLIS (nominee untuk kategori prosa terbaik tahun 2009).
Novelnya yang telah terbit antara lain ORANGE (2008), METROPOLIS (2009), MEMORI (2010), MONTASE (2012), dan yang terbaru, LONDON: Angel (2013).







No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...