Book Title: METROPOLIS
Author: Windry Ramadhina
Page: 331 pages
Year Published: 2009
Publisher: Grasindo
Award: Nominee Khatulistiwa Literary Award 2009 for Best Prosa
Sindikat 12
tidak pernah menyangka jika eksistensi mereka terancam karena sisa dendam yang
luput untuk mereka bersihkan. Sisa
dendam itu berwujud seorang lelaki berciri khas Mongoloid. Tinggi, berkulit
pucat, bermata kecil, berparas menawan—yang membuatnya lebih layak tampil
sebagai model, bukannya pembunuh berdarah dingin—namun, terlalu lemah untuk
bergerak sendirian. Johan Al. Keturunan—yang diduga adalah yang terakhir—dari
Frans Al yang terbunuh secara mengerikan di rumahnya, yang menghanguskan
seluruh keluarganya, kecuali Johan Al.
Satu per
satu pimpinan geng anggota Sindikat 12—yang merupakan geng pengedar narkotika
terbesar di Indonesia—tewas secara misterius. Bram, petugas reserse Polda Metro
Jaya yang sejak awal menangani kasus peredaran narkotika oleh Sindikat 12,
dibuat kelimpungan. Ia membutuhkan banyak informasi untuk menemukan pola
pembunuhan yang dilakukan pelaku untuk menghentikan aksi brutalnya. Tugas
rahasia Bram dibantu oleh Ferry Saada, salah satu pimpinan geng Sindikat 12
yang ayahnya—pimpinan geng sebelum dirinya—tewas terbunuh, adalah informan yang
baik bagi Bram. Keduanya terlibat ikatan mutualisme yang cukup membantu Bram
untuk memetakan situasi kasus yang sedang ia hadapi. Lewat Ferry Saada, Bram
menginvasi daerah ekslusif Sindikat 12 yang rahasia dan sukar ditembus. Namun
aktivitas Bram dibayangi oleh seorang gadis misterius yang kemudian ia ketahui
sebagai mantan polisi, seorang penembak jitu bernama Miaa. Situasi menjadi
tidak mudah mengingat keterlibatan banyak pihak yang memusuhi Sindikat 12 dan
berambisi untuk melenyapkannya.
METROPOLIS adalah sebuah novel
misteri-kriminal yang menegangkan. Melibatkan banyak tokoh dan konflik pada
saat yang sama. Namun, berkat pengemasan yang baik, METROPOLIS berhasil menampilkan tokoh dengan proporsi yang
seimbang, dengan konflik yang kuat untuk masing-masing tokoh, dan berperan
besar dalam menjaga kebulatan plot. Tak heran jika ada pembaca yang kebingungan
menentukan tokoh utamanya. Karena setiap tokoh tampil laiknya tokoh utama untuk
alur hidupnya masing-masing. Bram, anak seorang pecandu narkotika yang tewas
terbunuh oleh orang misterius di masa lalu, Johan Al, pewaris kerajaan bisnis
narkotika Frans Al yang kembali ke Indonesia untuk membalas dendam, Miaa,
mantan polisi yang mengincar Ferry Saada, lalu Indira, yang mengetahui rahasia
besar Johan Al. Lewat tokoh-tokoh ini, nampaknya Windry Ramadhina ingin
menegaskan bahwa tidak ada tokoh yang benar-benar protagonist dan benar-benar
antagonis. Setiap protagonist memiliki noda,
dan setiap antagonis memiliki alasan untuk melakukan kejahatan.
Kompleksitas
konflik antartokoh dalam METROPOLIS membuat
kisah ini padat. Tak ada adegan dan dialog yang sia-sia. Semuanya terkonsep
dengan matang. Dalam sebuah obrolan ringan bersama penulisnya, Windry Ramadhina,
saya mengetahui bahwa, METROPOLIS adalah
novel pertamanya yang ditulis dengan riset mendalam yang sangat menguras tenaga
dan membutuhkan waktu pengerjaan paling lama dibanding novel karyanya yang lain.
Karena
berlatar belakang dunia kriminal, METROPOLIS
tampil dengan eksentrik. Dialog
antartokoh-nya sangat khas dunia hitam.
Kasar, kejam, menunjukkan seolah-olah dunia diciptakan tanpa norma dan
tatakrama. Tokoh-tokohnya tampil dengan gaya dialog yang berbeda-beda, sesuai
karakternya. METROPOLIS menguak sisi
lain dunia kepolisian tanah air melalui tokoh Bram. Seorang reserse yang
bekerjasama dengan pengedar narkotika. Novel ini membawa warna baru bagi daftar
bacaan saya yang didominasi unsur roman yang kental. Bukan berarti METROPOLIS tidak menyisipkan unsur
romansa dalam kisahnya. Meski tidak menjadi highlight
cerita, namun unsur romansa antara Johan Al dan Miaa, juga Bram dan Indira,
sangat berkesan bagi saya saat menyelesaikan novel ini. And finally, METROPOLIS ditutup dengan twist yang memuaskan
sekaligus memunculkan tanda tanya besar. Pembaca METROPOLIS pasti menginginkan sekuel dari novel ini. Kalaupun tidak
kesampaian, tak ada yang akan kecewa dengan ending-nya.
3.5 out of 5 stars!
TENTANG PENULIS
Windry Ramadhina lahir dan tinggal di Jakarta; berprofesi sebagai arsitek. Ia menulis fiksi sejak tahun 2007, pernah mengikuti bengkel penulisan Dewan Kesenian Jakarta dan dua kali dinominasikan dalam Khatulistiwa Literary Award berkat novelnya ORANGE (nominee untuk kategori penulis muda terbaik tahun 2008) dan METROPOLIS (nominee untuk kategori prosa terbaik tahun 2009).
Novelnya yang telah terbit antara lain ORANGE (2008), METROPOLIS (2009), MEMORI (2010), MONTASE (2012), dan yang terbaru, LONDON: Angel (2013).
No comments:
Post a Comment