Jumlah halaman: 120
halaman
Penulis: O. Henry
Penerjemah: Sunaryono
Basuki K.S
Editor : Dian Pranasari & Anton KurniaTahun terbit:
Januari 2011
Penerbit: Serambi
Memang
benar adanya, bahwa cinta ternyata, telah dikisahkan dari zaman ke zaman dengan
berupa-rupa keadaan. Abad demi abad memiliki fenomena cintanya
masing-masing, yang akan diingat hingga di masa depan. Cinta yang
Hilang adalah rangkuman cerita-cerita cinta terbaik karya William Sydney
Porter atau yang di dunia sastra dikenal sebagai O. Henry.
Sebagian besar dari ketujuh cerita ini berlatar New York City di awal abad kedua puluh. O. Henry menampilkan karakter-karakter otentik dari berbagai latar belakang: borjuis, pencoleng, seniman, penulis, dalam beragam lika-liku cinta yang penuh kejutan. Dengan kepiawaian seorang pencerita ulung, O. Henry memotret realitas New York City di awal abad kedua puluh dan membingkainya dalam kisah-kisah cinta yang hidup dan sukar ditebak akhirnya. Cinta yang Hilang, Hadiah Kejutan, Bukti Cerita, Semata-mata Bisnis, Kenyataan adalah Sandiwara, Perempuan dan Suap Menyuap, Demi Cinta. Sulit bagi saya untuk menentukan ranking cerita terfavorit dari seluruhnya. Tapi saya akan mencoba mengisahkan kembali secara singkat beberapa di antaranya, yang masih saya ingat bahkan setelah berminggu-minggu melepaskan buku ini dan mengembalikannya ke rak.
Sebagian besar dari ketujuh cerita ini berlatar New York City di awal abad kedua puluh. O. Henry menampilkan karakter-karakter otentik dari berbagai latar belakang: borjuis, pencoleng, seniman, penulis, dalam beragam lika-liku cinta yang penuh kejutan. Dengan kepiawaian seorang pencerita ulung, O. Henry memotret realitas New York City di awal abad kedua puluh dan membingkainya dalam kisah-kisah cinta yang hidup dan sukar ditebak akhirnya. Cinta yang Hilang, Hadiah Kejutan, Bukti Cerita, Semata-mata Bisnis, Kenyataan adalah Sandiwara, Perempuan dan Suap Menyuap, Demi Cinta. Sulit bagi saya untuk menentukan ranking cerita terfavorit dari seluruhnya. Tapi saya akan mencoba mengisahkan kembali secara singkat beberapa di antaranya, yang masih saya ingat bahkan setelah berminggu-minggu melepaskan buku ini dan mengembalikannya ke rak.
Saya
memilih Demi Cinta untuk posisi keempat. Sebuah kisah tentang pelukis
bernama Joe Larrabee dan penyanyi berbakat Delia Caruthers yang saling jatuh
cinta dan memutuskan untuk menikah setelah perkenalan mereka yang singkat.
Keduanya begitu berdedikasi terhadap seni. Mereka berpegang teguh pada adagium:
Ketika seseorang mencintai seni, tak ada pelayanan yang terasa
membebani. Namun setelah berumah tangga, mengutip O. Henry, bendera Seni
pun merosot. Keduanya tidak mampu menggantungkan hidup sepenuhnya pada seni.
Lukisan Joe tak selalu laku, dan Delia tidak akan bernyanyi terus menerus.
Mereka pun berupaya saling menopang dengan ikhtiar seni yang
lain. Henry tidak semata-mata menyampaikan misi pengorbanan cinta yang
akan senantiasa membahagiakan atau bersetia pada seni akan membawamu
kepada kebahagiaan yang lain dalam kisah ini. Ia juga mengritik rendahnya
penghargaan akan seni dan apresiasi terhadap seniman.
Hadiah
Kejutan menempati posisi terfavorit ketiga.
Masih tentang pengorbanan cinta antarsepasang kekasih. Pasangan suami-istri Jim
dan Della sedang merencanakan hadiah natal istimewa bagi satu sama lain, meski
keluarga kecil itu sedang diimpit masalah ekonomi.
... kehidupan terdiri dari isakan, bau busuk, dan senyuman, dengan bau busuk yang lebih unggul [21-22]
Pada
akhirnya, keduanya mengorbankan benda paling berharga milik mereka untuk
hadiah yang tampak sia-sia--meski sebenarnya tidak.
Posisi
kedua saya berikan untuk Bukti Cerita, yang berkisah tentang seorang
redaktur majalah beroplah besar bernama Westbrook yang suatu ketika bertemu
dengan kenalan lamanya, Dawe, yang merupakan seorang penulis yang pernah
mengirimkan cerita pendek--yang kemudian ia tolak--ke majalahnya. Padahal Dawe
telah menggantungkan hidupnya pada menjual fiksi. Pada pertemuan mereka
yang tidak disengaja itu, Dawe meminta penjelasan Westbrook untuk penolakan
atas cerita pendeknya. Westbrook pun membeberkan sejumlah alasan mengapa ia
menolak Tanda Bahaya Jiwa milik Dawe yang berpenampilan begitu
kumal--sehingga cukup menjelaskan kemiskinannya. Dialog antara keduanya sangat
menarik, menghibur, meski menyedihkan, tetapi Henry menyelipkan humor yang
cerdas untuk melarutkannya. Ketika Dawe menyindir Westrbook bahwa sang Redaktur
lebih tertarik kepada drama, Dawe membantahnya dan mengatakan bahwa seorang ibu
yang putranya diculik tidak akan sempat mengatakan sesuatu dengan puitis,
melainkan dengan bahasa sehari-hari dengan bumbu emosi yang jauh dari dramatis.
Dengan senang hati, saya akan mengutip sepenggal dari dialog itu untuk Anda.
"Akan kukatakan apa yang akan dikatakan perempuan itu dalam kehidupan nyata. Dia akan mengatakan: 'Apa? Bessie diculik lelaki asing? Ya Tuhan! Ada saja kesulitan sesudah kesulitan lain. Aku harus bergegas ke kantor polisi. Katakan, kenapa tidak ada yang peduli padanya? Demi Tuhan, minggirlah atau aku tak akan siap. Bukan topi yang itu, yang berwarna cokelat dengan simpul beluduru. Bessie pasti sudauh gila, dia biasanya malu dengan orang asing. Apa bedakku terlalu tebal? Oh Tuhan, betapa aku bingung!'"
"Begitulah caranya dia ngomong," sambung Dawe. "Orang di dalam kehidupan nyata tidak akan berpaling pada sajak-sajak pada saat mengalami krisis emosional. [41]
Lalu
Dawe mengusulkan sebuah pembuktian kepada Westbrook. Jika pembuktiannya
positif, dia ingin Westbrook menerima cerita pendeknya. Westbrook akhirnya
menyetujui persyaratan itu. Dan sebuah kenyataan mengejutkan sudah menunggu
mereka. Di sini Henry menyoroti ironi kehidupan pengarang di zamannya dengan
blak-blakan tapi dengan cita rasa yang lebih berbobot dari sekadar menggerutu
sambil bersimpati.
Saya
memilih Cinta yang Hilang sebagai cerita terfavorit, karena ironi yang
mematahkan asumsi umum tentang kisah cinta yang harus terjelaskan dan tuntas
dikisahkan. Kisah ini bertutur tentang seorang pemuda yang mencari wanita yang
dicintainya yang telah menghilang. Ia lalu tiba di sebuah kamar sewa kecil yang
cukup jorok dan disewakan dengan harga yang agak tidak pantas.
Kamar kos berperabotan itu menyambut sang penyewa terakhir dengan kilau keramahtamahan palsu serta ucapan selamat datang yang ribut, bagaikan senyum penuh tipu. Kesenangan duniawi tergambar dalam wujud perabotan yang lusuh, brokat compang-camping tilam sofa dan dua tempat duduk .... [11]
Sang
pemuda bertanya jika Ibu Sang Pemilik Kamar mengetahui keberadaan seorang gadis
yang sering bernyanyi di panggung, bernama Eloise Vashner. Sang Ibu Pemilik
Kamar yang ingin bertahan hidup akhirnya mengaburkan informasi penting tentang
keberadaan kekasih sang pemuda. Jika Anda membaca sendiri kisah itu, Anda akan
menemukan bahwa ironi yang tersembunyi--yang jika saya beberkan akan membuat
review ini tampak sangat sok tahu dan semakin kurang bobotnya--itu
begitu menyedihkan.
Empat
setengah bintang saya anugerahkan untuk kumpulan cerita pendek ini. Untuk
urutan cerita--yang dalam dunia musik diterapkan dalam menyusun tracklist dan
sangat mempengaruhi mood mendengarkan para pembeli sebuah album--dalam
kumpulan cerita ini memuaskan. Saya berharap bisa membaca versi bahasa
Inggrisnya suatu saat, untuk menemukan sendiri apakah penerjemahan buku ini
sudah cukup menginterpretasikan gaya klasik yang membuat deskripsinya terasa berbeda.
Meski desain sampul buku versi terjemahan ini tidak begitu menarik, ini
buku yang wajib berada di Your Most Precious Shelf. Dan lebih dari
segalanya, empat setengah bintang itu juga milik kecerdasan dan kejenakaan
Henry yang mengemukakan berbagai gagasan tokoh-tokohnya dengan beragam emosi
terasa aneh ketika bercampur tapi juga terasa pas, dan daya kritisnya terhadap
nilai-nilai moral di zamannya. Kisahnya yang terurai dengan padat sangat mengayakan,
dan potret kehidupan yang digantungnya di sana sini menjadikan kisah-kisahnya
tampak jauh dari omong kosong.
No comments:
Post a Comment