Jumlah halaman: 296 halaman
Penulis: Kyung Sook Shin
Editor: Tanti Lesmana
Tahun terbit: September 2011 (terbit pertama kali 2008)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-7486-8
"Hyong-chol! Ibu hilang!” Suara cemas adik lelakinya pada siang pertengahan musim panas itu menciptakan retakan dalam kehidupan sehari-harinya, memecahkannya seolah-olah dia tengah berdiri di atas lapisan es tipis. Bahkan ketika mendengar bahwa Ayah dan Ibu hendak naik kereta bawah tanah menuju rumah adik lelakinya, namun kereta itu hanya membawa Ayah, sedangkan Ibu tertinggal di stasiun dan tidakdiketahui keberadaannya, tidak terlintas dalam benaknya bahwa ini akan berkembang menjadi hilangnya Ibu. Ketika adik lelakinya berkata sudah menghubungi polisi, Hyong-chol bertanya-tanya apakah adiknya telah bereaksi berlebihan. Setelah satu minggu berlalu, barulah dia memasang iklan di surat kabar dan menghubungi ruang-ruang UGD. Setiap malam mereka menyebar dalam beberapa kelompok dan pergi ke tempat-tempat penampungan tunawisma, tetapi ini pun tak ada hasilnya. Ibu, yang ketinggalan di Stasiun Seoul, menghilang seolah-olah dia hanyalah bagian dari mimpi.[halaman 84]
Seseorang
yang tidak dikenali pernah berkata,
bahwa kata terindah di dunia adalah Ibu. Seorang
ibu adalah pemelihara kehidupan. Ditumbuhkannya kehidupan itu di dalam dirinya dengan
penuh cinta, lalu dibawanya kehidupan itu ke dunia dengan penuh sukacita. Seorang
ibu dapat dikenali melalui anak-anaknya. Karena sejatinya, seorang ibu
merefleksikan dirinya dalam diri anak-anaknya. Beberapa dari anak-anak itu
dikisahkan dalam buku ini. Mereka terlahir sebagai saudara biologis, tumbuh
dalam kasih sayang yang penuh dan luapan cinta yang tidak terlukiskan. Mereka tidak
berbeda dengan anak-anak kebanyakan. Mereka mencintai kedua orangtuanya, mereka
bertengkar dengan saudaranya, mereka sesekali kesal kepada ibunya untuk alasan remeh
yang terasa begitu penting untuk mereka, dan mereka benci kepada ayahnya karena
meninggalkan ibunya demi perempuan lain.
Park So-nyo
menikah di usia yang teramat belia, dengan lelaki yang belum pernah ditemuinya.
Ia bahkan tidak sempat belajar baca tulis sebelum menikah. Karena hidup di
zaman perang adalah hari-hari yang hanya memikirkan caranya bertahan hidup:
mendapatkan makanan dan jangan sampai terbunuh. Dia hanya sempat mempelajari
keterampilan dasar para perempuan yang diwariskan ibunya: berladang, memasak,
menjahit, dan merawat rumah. Dia sama sekali tidak dibekali pengetahuan
berumahtangga. Tetapi ketika putera pertamanya lahir, hidup Park So-nyo berubah.
Dia merasa begitu penting. Tiba-tiba saja dia memiliki lebih banyak keahlian tentang
cara hidup, begitu saja. Dia menyusui puteranya, dia memahami makna setiap
tangisnya, dia tahu bagaimana menenangkannya. Dan segala hal yang dilakukannya
adalah upaya untuk memenuhi segala yang dibutuhkan anak-anaknya. Dia memiliki tangan dingin yang dapat menghidupkan
hal-hal yang bisa mati di tangan orang lain. Segala jenis masakannya selalu
menjadi favorit semua orang. Anak-anaknya tumbuh dengan baik dan menjadi
anak-anak yang cerdas. Lalu anak-anak itu beranjak dewasa dan satu per satu meninggalkannya,
menemukan kehidupannya sendiri-sendiri.
Di suatu
hari dalam perjalanannya mengunjungi anak-anaknya di kota, Park So-nyo
ketinggalan di stasiun kereta api dan menghilang. Segala upaya dikerahkan
putera-puterinya untuk menemukan Park So-nyo. Mereka memasang selebaran,
melapor ke kantor polisi, menyusuri jalanan kota Seoul yang mereka anggap akan
ditempuh ibunya, dan mendatangi setiap tempat yang mereka yakini sangat dikenali
ibunya. Selama pencarian sang Ibu, keempat putera-puteri Park So-nyo menapaktilas
kehidupan masa kecil mereka. Betapa berarti setiap pengorbanan sang Ibu untuk
membesarkan mereka, betapa berat derita yang ditanggung sang Ibu namun tak
pernah sedikit pun dikeluhkannya. Betapa berbahayanya bagi ibu mereka yang lugu untuk tersesat di tengah kota yang besar itu. Hubungan persaudaraan di antara mereka pun
perlahan mengerat kembali di tengah luka mereka, tatkala mengenang masa kecil mereka. Hyong-chol
mulai mengingat-ingat cita-cita ibunya agar ia menjadi pengacara. Si Bungsu
mulai menyesali sikapnya yang seringkali tiba-tiba menghilang tanpa mengabari
ibunya karena bersembunyi di suatu tempat untuk menulis bukunya. Lalu Chi-hon,
puteri Park So-nyo yang telah menjadi ibu, merasa tidak akan pernah bisa
membayangkan bagaimana rasanya menjadi ibunya.
…bagaimana mungkin selama ini kita melihat Ibu hanya sebagai Ibu, seumur hidupnya? Walaupun aku sendiri seorang ibu, aku memiliki begitu banyak impian, dan ali mash ingat hal-hal dari masa kecilku, masa remajaku, dan sewaktu aku beranjak dewasa. Tak ada satu pun yang terlupakan. Jadi, kenapa sejak semula kita melihat Ibu hanya sebagai Ibu? Dia tidak mempunyai kesempatan untuk mengejar impian-impiannya, dan seorang diri dia menghadapi segala sesuatu yang ditimpakan zamannya …. [surat Chi-hon kepada adik perempuannya: 271]
Please Look After Mom adalah sebuah
novel sastra terjemahan Korea Selatan yang ditulis oleh seorang peraih berbagai
penghargaan sastra di negaranya, bahkan di Perancis. Drama keluarga ini ditulis
Kyung Sook Shin dengan narasi yang intens, dengan nuansa puitis yang menyebar
di titik-titik yang tepat. Dengan alur gabungan, pembaca akan terlempar ke
garis waktu lampau untuk menyusuri masa lalu sang Ibu dan mengenalnya dengan
lebih baik sehingga jatuh cinta kepadanya.
Please Look After Mom terdiri dari lima
bab yang panjang. Setiap bab seolah menjadi penanda pergantian sudut pandang,
karena mengisahkan tokoh yang berbeda, dengan sudut pandang yang berbeda, namun
dikisahkan oleh narator yang sama. Beragamnya sudut pandang dalam buku ini
mengesankan bahwa narator adalah sang Serba Tahu yang tidak teridentifikasi. Namun
di akhir cerita, ragam sudut pandang itu akan membuka jati diri sang Narator
yang lalu mengungkapkan keberadaan sang Ibu.
Beberapa
bagian di novel ini, mengingatkan saya pada rasanya bercermin. Satu dua tokoh
di dalamnya terasa seperti diri saya sendiri. Saya rasa, pembaca buku ini akan
merasakan hal yang sama: membaca diri sendiri. Betapa kita, ketika masih
memiliki orang tua yang lengkap, tetaplah anak-anak yang tidak akan pernah
mampu memahami mereka. Memahami cara mereka mencintai. Memahami harapan-harapan
mereka. Setelah menutup buku ini, kau akan segera mencari ibumu dan memeluknya
dari belakang. Jika kau terlalu canggung untuk melakukannya, kau akan dengan
berhati-hati bertanya, apa dia sedang lelah. Jika kau tinggal jauh darinya, kau
akan mengiriminya pesan singkat atau menelepon, dan hanya mengatakan hal-hal
tidak penting. Hanya agar kau tidak menyesalinya suatu hari nanti, ketika kau
kehilangannya dan suaranya tidak bisa lagi kaudengar di mana pun, dan kau bertanya kepada dirimu sendiri, "sekarang, apa yang tersisa ... setelah dia pergi?"
Please Look After Mom pastilah cerita
yang membutuhkan waktu lama untuk kaulupakan.
Kredit Gambar |
No comments:
Post a Comment