Jumlah halaman: 332 halaman
Penulis: Cathy Cassidy
Penerjemah: Utti Setiawati
Editor : Nur Sofiyani
Tahun terbit: Maret 2011
Penerbit: Heart (Ufuk Publishing House)
ISBN: 978-602-9346-55-8
Summer terlahir untuk mendapatkan popularitas. Aku sepertinya ditakdirkan menjadi bayang-bayang –Skye: 281
Skye dan Summer sedang beranjak 13. Mereka sekarang remaja,
dan karena itulah segalanya mulai berubah. Summer telah menarik perhatian
beberapa cowok di sekolah. Dia mendapatkan banyak bingkisan valentine. Millie,
sahabat Skye, mulai menerapkan semua hal yang dilihatnya di majalah dan ingin
dicium cowok.
Sedang Skye, ia tidak
ingin lagi tampil identik dengan Summer, dan menjadi semakin tergila-gila pada
benda-benda jadul antik. Di samping itu, Skye mulai merasa terganggu dengan
popularitas saudara kembarnya, Summer. Skye memang bangga kepada Summer. Dia balerina
yang berbakat, cantik, bersinar. Dan sama halnya dengan pasangan saudara kembar
lainnya di dunia ini, mereka saling menyanangi dan selalu saling terbuka satu
sama lain. Tapi akhir-akhir ini, Skye mulai berpikir betapa ia hanya bayangan.
Berdiri di belakang Summer, memakai benda-benda bekas Summer, dan tidak pernah
bisa memutuskan segalanya sendiri karena Summer lah yang harus didengar. Lalu
tiba-tiba saja, Millie mulai menjauhinya dan bergabung dengan kelompok Summer.
Bahkan Alfie Anderson, teman sekelasnya yang badut kelas, naksir Summer.
Bukannya Skye menyukai Alfie, hanya saja Skye pikir, dia juga pantas untuk
disukai seseorang. Lalu suatu hari, barang-barang bersejarah milik Clara
Travers--nenek buyut Skye--ditemukan. Baju, topi, skarf, gelang, selimut, dan
kosmetik. Skye yang menggilai benda-benda antik langsung jatuh hati pada
barang-barang itu. Benda-benda peninggalan Clara itu mengubah segalanya menjadi
lebih baik, sekaligus buruk, tergantung kau sedang membicarakan bagian yang
mana.
Karena
memakai gelang Clara saat tidur, Skye bermimpi tentang Clara dan kehidupan masa
lalunya sebelum ia dinyatakan hilang di laut dan meninggal dengan mayat yang
tidak pernah ditemukan. Mimpi itu mempertemukan Skye dengan Finch, cowok
berkulit gelap, berambut keriting, dan memiliki senyum manis yang membuat
jantung Skye berdebar dengan tidak normal. Tapi bisakah cowok dalam mimpi
dimiliki?
Rasanya
sudah lama sekali, saya tidak bisa menikmati sebuah teenlit. Cathy
Cassidy memang cemerlang. Marshmallow Skye dikisahkan dengan bahasa yang
sangat remaja: ringan, riang, dan penuh kejutan layaknya percikan kembang api.
Pikiran-pikiran-pikiran remaja yang tak terduga berseliweran di sini dengan
sangat menghibur dan tidak bisa tidak, membuat kita mulai memahami mereka—dan
memang harus.
Kita perlu berpikir soal pacar dalam waktu dekat, atau kita akan tertinggal di rak. Tua, keriput, dan lewat tanggal kadaluwarsa kita—Millie: 98
Marshmallow
Skye yang merupakan seri kedua dalam The
Chocolate Box Girls, adalah sebuah cerita remaja yang tentunya sarat konflik.
Terutama tentang cinta remaja yang baru kuncup. Tapi di Marshmallow Skye,
semua itu dibingkai oleh drama keluarga yang hangat, yang mengetengahkan
konflik-konflik khas keluarga. Perceraian orang tua, pembangkangan remaja putri
yang patah hati dua kali, transisi emosi yang tidak pernah mudah, dan fase
penerimaan hal-hal besar yang selalu tampak mustahil. Berlatar belakang
Tanglewood--pedesaan yang indah dan berbau mashmallow dan cokelat, Marshmallow
Skye langsung mengingatkan kita pada rumah. Rasanya seperti berada di rumah
sendiri. Sejuk pepohonan dan hangat perapian, berpadu wangi daging cincang dari
dapur.
Dikisahkan
dari sudut pandang Skye, Marshmallow Skye membuat pembaca dapat
menyelami konflik psikologis seorang remaja yang direpresentasikan oleh Skye
sebagai narator. Kegalauannya, kebingungannya, pertentangan batinnya,
kemarahannya, kekecewaannya, dan keinginan-keinginannya.
Tumbuh dewasa pastinya bukan hanya soal lipgloss mengilap, sepatu berhak tebal, dan cekikikan setiap kali cowok melihat ke arahmu, kan? (halaman 154)
Karakter-karakter
ciptaan Cathy Cassidy tampak sangat hidup. Mereka saling bersinggungan dalam
berbagai pertalian, dalam ritme cerita yang dinamis. Tidak ada antagonis di
sini. Cathy seolah ingin menyatakan bahwa siapa pun dalam hal apa pun dapat
menjadi antagonis, tapi juga protagonis pada hal dan saat yang lain. Selalu ada
alasan bagi seseorang untuk menjadi jahat. Dengan kepiawaian Cathy menghadirkan
analogi-analogi yang segar dan memikat, Marshmallow telah menjadi cerita remaja
yang berbobot. Saya merekomendasikan buku ini bagi remaja mana pun—terutama
jika mereka sedang jatuh cinta, bagi kakak mereka, dan orang tua mereka.
Mungkinkah, kau atau adikmu atau putrimu, adalah Skye saat berusia 13?
Kredit gambar di sini |
mari mampir ke blogku
ReplyDeletehttp://reinvandiritto.blogspot.com
dan menunggu ulasan simbiosa alina ya